PWMJATENG.COM, Surabaya – Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah telah menyelenggarakan peningkatan kapasitas staf bagi fasilitator daerah yang berlangsung di Surabaya, 5-6 Maret 2022. Peserta yang berpartisipasi berasal dari Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Surakarta dan Banyuwangi. Acara tersebut terselenggara atas kerja sama dari berbagai pihak yakni JISRA Muhammadiyah; Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah; dan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur.
Kegiatan yang digelar selama dua hari tersebut memfokuskan pada Eco-Bhinneka yang sekaligus menjadi program utama dalam agenda JISRA. Eco-Bhinneka merupakan gagasan yang memadukan tujuan untuk mewujudkan toleransi serta pemenuhan hak akan kebebasan beragama dan berkeyakinan yang selaras dengan upaya pelestarian lingkungan hidup di Indonesia. Tidak hanya itu, nilai Eco-Bhinneka juga memiliki tujuan untuk membangun komunitas lintas agama yang tangguh, inklusif, dan senantiasa mampu membangun kedamaian dan keselarasan hubungan baik antar sesama manusia maupun lingkungan hidup. Sehingga ditekankan bahwa toleransi dan perdamaian menjadi nafas dalam gerakan Eco-Bhinneka.
Baca juga, Songsong Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke 48, PP Muhammadiyah Gelar Seminar Pra-Muktamar ke 16
Diyah Puspitarini selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah turut hadir dalam pembukaan acara tersebut, menyampaikan bahwa toleransi dan perdamaian yang ada dalam program Eco-Bhinneka ini sejalan dengan nilai gerakan Nasyiatul Aisyiyah yang terangkum dalam 10 (sepuluh) Pilar Keluarga Muda Tangguh Nasyiatul Aisyiyah (KMTNA). Tidak hanya itu, toleransi dan perdamaian juga sudah lama menjadi gerakan di Muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan pernah memberikan contoh, beliau bekerja sama dengan dokter-dokter dari Belanda di Amal Usaha Kesehatan Muhammadiyah dalam hal ini Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) yang saat ini dikenal sebagai rumah sakit PKU Muhammadiyah. Diyah juga menambahkan bahwa K.H. Ahmad Dahlan pernah menjadi guru di sekolah Belanda dan memperbolehkan murid dari Belanda untuk ikut belajar di kediaman pribadi beliau.
Kegiatan berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan. Diskusi hangat mewarnai sepanjang materi. “Dengan adanya program Eco-Bhinneka nanti harapannya dapat tercipta kerukunan hidup antar umat bergama. Kerukunan hidup itu bisa diwujudkan dengan kegiatan pelestarian lingkungan sekitar,” ungkap Zahro, peserta dari Banyuwangi. (mtu)