Berita

Tafsir: Umat Sibuk Klaim Kebenaran, Tak Sadar Tertinggal dalam Ekonomi dan Ilmu Pengetahuan

PWMJATENG.COM, Wonosobo — Refleksi Milad Muhammadiyah ke-113 yang digelar PDM, PCM, dan AUM Kabupaten Wonosobo menghadirkan dua narasumber utama: perwakilan Bupati, Drs. Musofa, M.Pd., serta Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Dr. H. Tafsir, M.Ag. Keduanya menyampaikan pandangan penting terkait program SPPG dan tantangan keagamaan umat Islam.

Dalam sambutannya, Musofa menilai program Sekolah Pangan Bergizi (SPPG) mampu memberikan dampak cepat dalam perbaikan kesehatan siswa.

“Program SPPG ini membuat anak makan lebih teratur, berat badan lebih baik, dan kecerdasannya meningkat karena makanan bergizi. Selain itu, karakter kolektif yang positif mulai terbentuk—seperti cuci tangan sebelum makan dan membiasakan doa,” ujarnya.

Musofa berharap SPPG menjadi gerakan lebih luas yang melahirkan generasi sehat dan cerdas.

Ketua PWM Jateng, Dr. Tafsir, menyampaikan bahwa saat ini terdapat 125 titik SPPG Muhammadiyah, dan 71 di antaranya berada di Jawa Tengah.

“Ini tugas berat tapi mulia—mencerdaskan bangsa dan jangan sampai masyarakat keracunan,” ucapnya disambut tawa peserta.

Dalam refleksinya, Tafsir menegaskan bahwa Muhammadiyah memegang prinsip tajdid (pembaruan). Syariat bersifat tetap, namun fikih selalu berkembang mengikuti zaman.

Ia kemudian menjelaskan empat corak pemahaman keagamaan di tengah umat:

1. Tradisionalisme

Mereka tidak menghapus tradisi, tetapi mengislamkannya. Pendekatannya top-down melalui raja atau pemimpin, dengan prioritas penanaman aqidah dan akhlak.

2. Pembaruan (Tajdid)

Gerakan Muhammadiyah mengoreksi tradisi yang melenceng ke arah Takhayul, Bid’ah, dan Churafat (TBC).
Namun menurut Tafsir, gerakan benar dan maju ini pengikutnya tidak sebanyak yang berbasis tradisi mapan sejak abad ke-15.

3. Revivalisme

Kelompok yang ingin menghidupkan kembali praktik masa salaf. Di sisi lain, kaum tradisionalis juga mengklaim diri paling salaf, sehingga terjadi rebutan klaim kesunnahan.

4. Skripturalisme

Cara pandang literal dan tekstual: jika tidak ada pada masa Rasul, divonis bid’ah. Misalnya zakat harus gandum, bukan beras.

Tafsir menegaskan bahwa pertikaian antar kelompok tersebut hanya menguras energi umat, sehingga terlambat dalam bidang strategis.

“Pertikaian yang tidak pernah selesai ini menguras energi, sedangkan umat terus tertinggal dalam ekonomi dan ilmu pengetahuan,” tegasnya.

Ia menyoroti besarnya potensi ekonomi yang dimiliki Muhammadiyah.

“Potensi kita besar. Tapi siapa yang menikmati perputaran uang di AUM? Sudah saatnya umat bangkit, mengejar ilmu ekonomi dan ilmu pengetahuan,” ajaknya.

Tafsir mengkritik mentalitas sebagian umat yang merasa lebih baik secara spiritual namun tidak unggul secara kompetensi.

“Umat lebih suka menghibur diri: merasa lebih kaya dari orang lain karena sholat dua rakaat sebelum Subuh lebih mulia dari dunia dan isinya,” candanya yang disambut tawa jamaah.

Refleksi ditutup menjelang adzan Dzuhur dengan suasana hangat dan penuh renungan.

Kontributor: (rdp)
Editor: Al-Afasy

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE