KolomTokoh

Setahun Bepulangnya Buya Syafii; Muhammadiyah Memang Tak Dirancang untuk Mengurus Negara

PWMJATENG.COM – Prof. KH. Ahmad Syafii Ma’arif, S.S., M.A. Ph.D. atau akrab disapa Buya Syafii, merupakan tokoh bangsa yang senantiasa memberikan pencerahan kepada segenap masyarakat. Setahun pasca wafatnya Buya, mari kita kembali merefleksikan semangat dan pesan yang Buya selalu sampaikan kepada segenap warga Muhammadiyah, terlebih dalam menghadapi situasi politik nasional yang hari ini semakin tidak menentu.

Tulisan ini diambil dari ceramah yang disampaikan Buya pada Musywil Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Jawa Tengah Periode Muktamar 47 di Kudus, 7 tahun silam.

Dalam ceramah tersebut, Buya Syafii menyampaikan bahwa Muhammadiyah yang telah berdiri sejak tahun 1912 selalu membantu Bangsa Indonesia, sejak Indonesia belum merdeka hingga saat ini. Kemudian ia melontarkan pertanyaan reflektif, “Tapi masak mau jadi pembantu terus? Lalu kapan mau jadi penentu?”

Buya Syafii kemudian menyampaikan bahwa untuk menjadi penentu, membutuhkan proses yang panjang dan kerja keras.

“Untuk menjadi penentu, memang tak gampang. Perlu kerja keras dan proses panjang. Muhammadiyah memang tak dirancang untuk mengurus negara. Saya harap Jateng mulai berpikir ke arah sini,” ucap Tokoh Nasional kelahiran Sumpur Kudus itu.

Ia kemudian melanjutkan ceramahnya dengan mengatakan, “Sebenarnya tak apa Muhammadiyah hanya menjadi pembantu bangsa. Asal secara moral negeri ini semakin baik. Namun nyatanya, moral negeri ini semakin meluncur-meluncur dan meluncur.”

Siapkan Sosok Negarawan

Ketua PP Muhammadiyah Periode 1998-2005 ini juga menyampaikan bahwa Muhammadiyah tidak boleh diam melihat kemerosotan moral bangsa.

“Namun begitu, Muhammadiyah tak boleh hanya diam melihat kemerosotan moral negeri ini, yang semakin menukik tajam. Kerusakan negeri ini sudah 50 persen, kita tak bisa berbuat apa-apa karena hanya pembantu. Kita harus bersiap menjadi penentu,” tutur Buya.

Oleh karena itu, menurutnya, untuk mempersiapkan diri menjadi penentu, kader Muhammadiyah harus rajin membaca dan memerlukan banyak bacaan. Jangan alergi dengan berbagai macam bacaan! Jangan malas berpikir!

“Kalau ada setan karang buku, baca saja!” Tegas Buya Syafii.

Untuk menjadi negarawan, kader Muhammadiyah harus punya keahlian tertentu, berwawasan luas, dan bisa bergaul dengan siapa saja dan dari kalangan mana pun.

“Kita masih kesulitan menemukan sosok negarawan, Muhammadiyah harus mempersiapkan itu,” imbuhnya.

Belajar dari Masyumi

Buya Syafii lantas mengatakan bahwa Muhammadiyah patut mengambil pelajaran saat terlibat dalam Partai Masyumi, terutama terkait berbagai masalah dalam mendirikan serta mengelola sebuah partai politik Islam. Muhammadiyah memiliki pengalaman yang tidak bahagia seperti saat bersama Partai Masyumi dan Parmusi.

“Mendirikan dan mengelola partai akan membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Untuk itu, saya harap Muhammadiyah tetap menjadi ormas keagamaan yang tidak terjun langsung ke kancah politik,” pesan Buya Syafii.

Buya menjelaskan lebih lanjut bahwa kader Muhammadiyah dapat masuk ke dunia politik secara individu. Alasannya, sudah saatnya bagi Muhammadiyah menjadi penentu kebijakan pemerintah lewat kadernya yang masuk ke birokrasi.

Selama ini, lanjutnya, Muhammadiyah cenderung membantu negara dalam pemberdayaan masyarakat tapi belum dapat menjadi penentu utama kebijakan pemerintah.

“Syaratkan bagi kader Muhammadiyah yang ingin terjun ke dunia politik harus memiliki mental baja atau tahan banting terhadap berbagai tantangan dan problematika kebangsaan. Dengan kata lain, ada standar tinggi yang disyaratkan apabila seorang kader ingin terjun ke hingar bingar perpolitikan nasional,” tegas Buya.

Buya Syafii juga tegas mengatakan, “Satu hal yang tidak kalah penting, kader yang masuk ke perpolitikan harus sejahtera terlebih dahulu sebelum berpolitik praktis. Kalau mau masuk harus sudah mapan ekonominya terlebih dahulu agar tidak mementingkan diri sendiri untuk menjaga asap dapurnya tetap mengepul.”

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE