
PWMJATENG.COM, Surakarta – Al-Qur’an memiliki sifat esensial sebagai cahaya, penyembuh, petunjuk, dan kasih sayang. Sifat-sifat ini menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah kompas kehidupan yang penuh makna dan menjadi jalan lurus bagi umat manusia.
Hal itu disampaikan oleh Dai Champions Standardisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Dwi Jatmiko, dalam pengajian Nuzulul Qur’an yang diselenggarakan oleh SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta pada Rabu (19/3/2025).
Pengajian yang mengangkat tema “Nabi Muhammad SAW Pembawa Obor Akhlak Manusia” ini dihadiri oleh 246 siswa dan 20 guru karyawan. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan bagian dari pesantren kilat yang berlangsung sejak Selasa hingga Kamis, 18-20 Maret 2025. Hadir dalam acara tersebut Ketua Panitia Kismini dan Kepala Sekolah Gatot Suherman.
Dwi Jatmiko mengapresiasi semangat para siswa yang mengikuti pengajian ini. Menurutnya, pemahaman terhadap Al-Qur’an harus ditanamkan sejak dini agar anak-anak tidak hanya membaca atau tadarus, tetapi juga memahami dan mengamalkan isinya.
“Alhamdulillah, dengan materi yang dikemas sederhana, anak-anak diharapkan lebih memahami makna Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita ingin menanamkan kepedulian terhadap agama, manusia, sistem, dan lingkungan,” ujar Jatmiko.
Baca juga, MPKSDI PWM Jateng Sukses Gelar Pesantren Ramadan dan Rapat Koordinasi
Ia juga menjelaskan tentang peringatan Nuzulul Qur’an yang jatuh pada 17 Ramadan. Dalam surah Al-Qadr, disebutkan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadar.
“Pada malam Lailatul Qadar, Al-Qur’an diturunkan secara lengkap kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril, dimulai dengan wahyu pertama, yaitu surah Al-‘Alaq ayat 1-5,” jelasnya.

Jatmiko berharap pengajian ini semakin menambah kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an. Ia menekankan bahwa menghafal Al-Qur’an bukanlah hal yang sulit, asalkan dilakukan dengan istiqamah.
“Allah telah menjadikan Al-Qur’an mudah bagi siapa saja yang mau mempelajarinya. Menghafal akan terasa ringan jika dilakukan secara konsisten dan dijaga dengan baik,” ujarnya.
Ia juga menceritakan bagaimana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama. Saat diperintahkan oleh Malaikat Jibril untuk membaca, Nabi mengaku tidak bisa membaca hingga tiga kali. Namun, setelah Malaikat Jibril merangkulnya dengan erat, Nabi akhirnya merespons dan mengikuti perintah tersebut.
“Al-Qur’an sendiri menyatakan bahwa ia mudah untuk dihafal. Bahkan, dalam surah Al-Qamar ayat 17, 22, 32, dan 40, Allah menegaskan kemudahan ini dengan pengulangan ayat yang berbunyi serupa,” pungkasnya.
Kontributor : Jatmiko
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha