SD Muhammadiyah 1 Solo Gelorakan Murattal Irama Nahawand
PWMJATENG.COM, SOLO – Di tengah Perberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Sebanyak 63 guru karyawan SD Muh 1 Solo mendapatkan fasilitas buku Juz ‘Amma dengan panduan irama nahawand cetakan ke-2 karya monumental Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PDM Kota Surakarta, Selasa (3/8/2021).
Kepala Sekolah Hj Sri Sayekti MPd melalui Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, Jatmiko menjelaskan, ada beberapa model untuk mengembangkan ilmu pengetahuan lewat proses pembelajaran Al-Islam Kemuhammadiyahan dan bahasa Arab (ISMUBA) dengan karakteriknya.
“Tidak hanya jual gedung representatif, Sekolah Penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta yang berdiri sejak 1935 berupaya maksimal optimal memfasilitasi guru karyawan untuk menggelorakan dan membumikan Murattal Irama Nahawand,” ujarnya.
Fungsi ISMUBA yaitu sebagai sarana pendidikan, pengajaran, dan pengkaderan, sebagai core nilai menciptakan warga sekolah Islami, serta pengembangan gagasan Islam yang berkemajuan dan berkeadaban membentuk profil pelajar pancasila.
Tujuan ISMUBA secara umum yang hendak dicapai ialah sebagai sumber Islam yang benar, membentuk masyarakat muslim yang berpikiran maju dan berbuat kemajuan bagi bangsa dan agama, penggerak agama dalam masyarakat (da’i), serta mencetak pemimpin-pemimpin di masa kini dan masa depan.
“Dalam musikal Arab terdapat lebih dari 50 maqam. Maqam yang jama’nya maqamat adalah serangkaian not dari tradisi Arab yang saling berhubungan, pola-pola kebiasaan dan perkembangan melodi. Maqamat adalah sebutan untuk kesenian Arab yang sangat kaya. Di dunia Arab, disebut juga metode seni seperti ada major, minor dan lainnya,” beber Jatmiko, guru penggerak tim Nahawand.
Jatmiko memaparkan, yang digunakan dlm panduan tilawah al Qur’an Perguruan Muhammadiyah Kota Surakarta adalah maqam nahawand. Keberadaan maqamat al Arabiyah lagu ini, akan mengarahkan para qari’ atau pembaca dalam menempatkan lagu tersebut ke dalam ayat-ayat al Qur’an, sehingga tujuan utama dari nagham al Qur’an tercapai.
“Lahirnya penghayatan yang lebih dalam terhadap ayat-ayat yang dibaca, yang muaranya memotivasi manusia, terlebih pendidik dalam rangka mencerahkan peserta didik untuk mencintai al Qur’an sepenuh jiwa dan mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari,” pungkas Jatmiko, sambil tersenyum. (Humas, Jatmiko)