Kolom

Santri dalam Sejarah Peradaban Islam

Santri dalam Sejarah Peradaban Islam

Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)

PWMJATENG.COM – Dalam bentang peradaban Islam Santri dan Pondok Pesantren adalah pewaris kitab-kitab klasik para ulama Mazhab dalam masa kejayaan Islam abad 7-13 M, khazanah keilmuan Islam yang sangat kaya sampai kemudian muncul Imam-Imam Hadis yang memiliki ‘mata rantai/benang merah’ dengan ulama-ulama pembaharu.

Dalam bentang sejarah peradaban Islam itu pula kita merasakan ada kemunduran dalam dunia Islam, selain karena faktor eksternal (ekspansi asing) dan konflik internal yang berkaitan dengan politik juga pemahaman dan pengamalan Islam yang beku, jumud, tidak murni, taqlid dan menutup pintu ijtihad, lahirlah ulama-ulama Pembaharu yang ingin membangkitkan kembali jaman keemasan Islam dengan kembali ke Al Qur’an dan As Sunnah.

Salah satu yang disorot dalam konteks sejarah Islam di Indonesia adalah sistem pendidikan Islam saat itu yang dipandang tidak melahirkan kemajuan karena hanya mempelajari ilmu agama dengan metode yang tradisional dan adanya kultur kebekuan dan keterbelakangan umat dalam tradisi praktek pengamalan Islam.

Pondok pesantren dan Santri sebagai entitas pendidikan Islam saat itu dipandang menjadi yang paling ‘bertanggung jawab’ oleh karena itu muncullah–kalau ditarik jauh ke belakang–gerakan-gerakan pembaharuan yg telah ‘dirintis’ oleh para ulama terutama Ibnu Taimiyah sejak Abad ke 13 dilanjut oleh para ulama-ulama pembaharu yang masing-masing memiliki karakter perjuangannya sendiri-sendiri namun semua berangkat dari pandangan yang sama bahwa untuk meraih kemajuan harus ‘kembali’ kepada Al Qur’an dan As Sunnah.

Baca juga, Download Logo & Pedoman Visual Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah

Dalam bentang sejarah kebangkitan umat Islam itu pula timbul penolakan dari para ulama-ulama konservatif namun sejarah kebangkitan akan selalu menemukan jalannya sendiri dan ternyata mereka yang membenci pada akhirnya mengikutinya dengan ciri khas sendiri tapi secara substansi menerima ide2-idedan gagasan pembaharuan tersebut.

Selamat Hari Santri, kita tidak akan berdebat ini Peringatan Hari Santri milik siapa? Dan bersamaan adanya kasus-kasus yang terjadi yang mencoreng lembaga pendidikan dan sosial Islam sehingga menjadi citra buruk yg tetap ada di sebagian masyarakat adalah kenyataan yang harus kita terima dengan lapang dada dan evaluasi.

Apakah dengan demikian lembaga pendidikan ‘non agama’ atau lembaga pendidikan internasional menjadi lebih baik tentunya tidaklah demikian logikanya, karena kekurangan dan masalah akan selalu ada dimanapun termasuk di dunia pendidikan.

Selamat Hari Santri, bagaimanapun kita akan lebih tersentuh oleh anak-anak yang saleh salehah dan orang tua sangat berharap besar karena anak-anak inilah yang lebih bisa diharapkan merawat dan mendoakan orang tuanya setelah tiada nanti

Sekali lagi Selamat Hari Santri, terus bangun peradaban Islam baru dengan menciptakan Ulama yang Intelektual dan Intelektual yang Ulama yang tidak hanya menguasai ilmu agama tapi juga ilmu pengetahuan umum.

Seorang Santri harus peka dan terlibat aktif dalam dinamika kebudayaan, sosial, ekonomi dan politik. Terus jalin ukhuwah dan satukan persepsi untuk untuk kemajuan umat, bangsa dan negara.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE