PWMJATENG.COM, Kupang – Sidang Tanwir Muhammadiyah Tahun 2024 yang berlangsung di Kupang pada Rabu (4/12/2024) menjadi momentum penting untuk evaluasi dan transformasi organisasi. Setelah dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, pada pagi harinya, sidang Tanwir berlanjut hingga malam dengan berbagai agenda strategis.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam pidatonya menekankan pentingnya revitalisasi dan transformasi di berbagai lini amal usaha dan keanggotaan Muhammadiyah.
Haedar menyampaikan apresiasi atas kemajuan yang telah dicapai Muhammadiyah dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lainnya. Namun, ia juga menyoroti bahwa masih banyak amal usaha Muhammadiyah yang belum berada pada tingkat optimal.
“Amal usaha kita masih banyak yang levelnya menengah ke bawah. Perguruan tinggi kita yang berada di level atas hanya 40%, sedangkan 60% lainnya masih memerlukan perjuangan keras,” jelas Haedar.
Baca juga, Milad ke-112 Muhammadiyah dan Transformasi Organisasi yang Maju, Profesional, dan Modern
Ia mengajak seluruh pihak untuk melakukan transformasi besar-besaran agar amal usaha Muhammadiyah dapat bersaing dengan lembaga-lembaga lainnya. Menurutnya, revitalisasi dan rekonstruksi menjadi langkah penting untuk meningkatkan kualitas amal usaha.
Selain amal usaha, Haedar juga menyoroti isu keanggotaan Muhammadiyah. Ia menyebutkan perlunya survei terbaru untuk mendapatkan data akurat mengenai jumlah anggota dan simpatisan Muhammadiyah.
“Kita perlu survei baru untuk mengetahui jumlah anggota Muhammadiyah. Hasil survei sebelumnya menyebutkan bahwa hanya 5,7% masyarakat yang merasa menjadi bagian dari Muhammadiyah. Angka ini patut kita pertanyakan dan teliti lebih dalam,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa potensi Muhammadiyah sebenarnya jauh lebih besar, mengingat inklusivitas yang dimiliki oleh organisasi ini. Layanan pendidikan, kesehatan, hingga penanggulangan bencana yang dilakukan Muhammadiyah telah dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk di wilayah NTT dan Papua.
Haedar menyampaikan perlunya membangun korelasi positif antara peran amal usaha Muhammadiyah dengan rasa simpati masyarakat. “Jika masyarakat yang merasakan manfaat dari kerja-kerja Muhammadiyah tidak merasa menjadi bagian dari kita, berarti ada masalah yang harus kita perbaiki,” tegasnya.
Dalam pidatonya, Haedar juga menyoroti pentingnya memperkuat basis gerakan di akar rumput. Menurutnya, cabang, ranting, dan masjid yang menjadi ujung tombak Muhammadiyah harus terus dimobilisasi untuk mempererat relasi sosial dan dakwah organisasi.
“Apakah cabang, ranting, dan masjid kita masih dalam jangkauan gerakan dakwah? Atau justru mulai mengalami perenggangan dari kohesi sosial Muhammadiyah?” tanyanya.
Ia menambahkan bahwa Muhammadiyah juga harus mampu beradaptasi dan menjangkau segmen sosial yang lebih luas, termasuk kelompok masyarakat di piramida atas. Transformasi ini, menurut Haedar, sangat penting untuk memperkuat peran Muhammadiyah sebagai organisasi yang inklusif dan berdaya saing.
Pidato Haedar Nashir di Tanwir Muhammadiyah Tahun 2024 menjadi pengingat akan pentingnya muhasabah dan inovasi untuk menjawab tantangan zaman. Dengan revitalisasi, rekonstruksi, dan transformasi, Muhammadiyah diharapkan dapat terus menjadi garda terdepan dalam menciptakan kemaslahatan bagi bangsa dan umat.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha