Punya Rekan Kerja “Ruwet”, Bolehkan Membencinya?

PWMJATENG.COM – Dalam dunia kerja, hubungan antarsesama karyawan memegang peran penting bagi terciptanya suasana kondusif. Namun, tidak jarang terjadi persaingan tidak sehat yang berujung pada perilaku menjelekkan rekan kerja. Tindakan ini sering dilakukan secara sadar maupun tidak, baik melalui gosip, fitnah, maupun komentar negatif. Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan telah memberikan pandangan jelas mengenai perilaku tersebut.
Menjelekkan Rekan Kerja Termasuk Ghibah
Dalam ajaran Islam, menjelekkan orang lain termasuk bagian dari ghibah, yaitu membicarakan keburukan seseorang yang jika didengar akan membuatnya tidak senang. Allah Swt. menegaskan larangan ghibah dalam Al-Qur’an:
وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat [49]: 12).
Ayat ini memberikan gambaran keras betapa buruknya perbuatan menjelekkan orang lain, diibaratkan seperti memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati.
Dampak Buruk Menjelekkan Rekan Kerja
Perilaku menjelekkan rekan kerja tidak hanya berdampak pada hubungan personal, tetapi juga merusak suasana kerja secara keseluruhan. Ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan, antara lain:
- Hilangnya kepercayaan. Rekan kerja yang dijelekkan tentu akan merasa dikhianati sehingga kepercayaan akan pudar.
- Menurunkan produktivitas. Lingkungan kerja yang dipenuhi konflik internal menyebabkan motivasi menurun.
- Merusak nama baik. Pelaku ghibah akan kehilangan wibawa dan dianggap tidak profesional.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda:
ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ
“Engkau menyebut tentang saudaramu dengan sesuatu yang ia benci.” (HR. Muslim).
Hadis ini menegaskan bahwa membicarakan keburukan rekan kerja, meskipun benar adanya, tetap termasuk ghibah yang dilarang.
Baca juga, Hidup sebagai Ujian: Menemukan Keseimbangan dalam Ibadah dan Kehidupan
Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga lisan dalam setiap kondisi. Lingkungan kerja yang kompetitif sering kali menggoda seseorang untuk melakukan ghibah demi keuntungan pribadi. Namun, Rasulullah saw. memberikan peringatan:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menekankan pentingnya menahan diri dari perkataan buruk. Jika seseorang tidak mampu berkata baik tentang rekan kerjanya, lebih baik memilih diam agar terhindar dari dosa.
Solusi Islam dalam Menghadapi Konflik Kerja
Daripada menjelekkan, Islam menganjurkan penyelesaian masalah dengan cara musyawarah, saling menasihati, dan berlapang dada. Firman Allah Swt.:
وَالصُّلْحُ خَيْرٌ
“Dan perdamaian itu lebih baik.” (QS. An-Nisa [4]: 128).
Ayat ini menegaskan bahwa jalan damai lebih utama dibanding menebar keburukan. Dengan komunikasi terbuka dan penuh etika, konflik kerja dapat diselesaikan tanpa harus merusak hubungan.
Ikhtisar
Menjelekkan rekan kerja adalah perbuatan tercela yang termasuk ghibah, jelas dilarang dalam Islam, dan berdampak buruk bagi kehidupan profesional maupun spiritual. Setiap muslim sebaiknya menjaga lisannya, menghindari gosip, serta memilih jalan damai dalam menyelesaikan perbedaan. Dengan begitu, suasana kerja akan lebih harmonis, produktif, dan penuh berkah.
Islam mengajarkan bahwa ucapan adalah cermin keimanan. Oleh karena itu, mari kita hiasi lingkungan kerja dengan kata-kata baik, saling mendukung, dan menjauhi kebiasaan menjelekkan orang lain. Dengan menjaga lisan, bukan hanya kedamaian kantor yang tercipta, tetapi juga keberkahan hidup di dunia dan akhirat.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha