Puasa Dan Par Excellence Character Building
Oleh : Iwan Hermawan,S.Ag, MH. Dosen STIKesMu dan Bimroh RSI Singkil.
Saat ini kita sudah memasuki sepuluh hari terakhir di bulan suci ramadhan, seiring dengan berjalannya waktu yg telah kita lewati selama ramadhan tahun ini, semoga bisa membentuk karakter utama / unggul ( par excellence character ) dalam diri kita.
Contoh yang paling paripurna dari karakter diri yang unggul tentu ada pada diri Rasulullah Muhammad SAW. Allah berfirman dalam QS. Al Ahzab Ayat 21: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yait ) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Diantara karkter utama/unggul yang patut kita contoh dari pribadi rasulullah adalah; Shidiq, Amanah, Fatonah, dan Tabligh. Mungkin kita mengenal selama ini bahwa karakter tersebut adalah karakter dari pemimpin, yang ingin saya tegaskan di sini adsalah termasuk menjadi pemimpin bagi diri sendiri. Rasulullah bersabda : “Kullukum Ra’in wa Kullukum Mas ulun ‘An Raiyyatihi”, Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya ( HR. Bukhari dan Muslim ).
Shidiq
Makna sederhanya adalah kejujuran. Puasa dengan sendirinya akan melatih kejujuran dalam diri para pelakunya. Dalam hadits dari sahabat Abdullah bin Mas’ud RA juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : Hendaklah kalian senentiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkanpada kebaikan dan kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan pada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Alllah sebagai pendusta.
Lebih jauh lagi, shidiq juga memiliki arti yakni sebuah sikap dalam menjalankan segala tugas dengan asas keterbukaan informasi dan tanpa kecurangan, atau kita menyebutnya sdengan Akuntabilitas.
Amanah
Artinya adalah kemampuan untuk menjaga segala sesuatu yang dipercayakan. Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkandengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An Nisa : 58)
Amanah menuntut para pelakunya untuk senantiasa bertanggungjawab terhadap tugas yang dembankan kepadanya sekecil apapun tugas itu. Inilah yang disebut kapasitas dan kompetensi. Itulah mengapa Rasulullah SAW pernah mengingatkan “Jika amanah telah hilang, maka tunggulah saat kehancurannya. “ Abu Hurairah RA bertanya: Ya Rasul, bagaimana maksudnya orang menghilangkan amanah itu? Rasul menjawab: “Yaitu apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.” (HR. Bukhari)
Fathanah
Makna sederhananya adalah cerdas, cerdas di sini bukan hanya sekedar cerdas secara intelektual atau IQ, tapi juga cerdas secara emosional atau EQ, dan cerdas secara spiritual atau SQ. Rasulullah pernah bersabda : “ Al Kayyisu man dana nafsahu wa ‘Amila lima ba’dal mauti, wal ‘ajizu man ittaba’a nafsahu hawaha wa tamanna ‘ala Allah” , Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan nafsunya dan beramal untuk sesudah matinya, dan orang lemah adalah yang selalu mengikuti hawa nafsunya namun berharap pada Allah. (HR. Tirmidzi).
Konsep “cerdas” yang diungkapkan Rasulullah pada 14 abad silam sekarang terbukti kebenarannya dengan ditemukannya konsep kecerdasan emosional atau EQ. Menurut Daniel Goleman, seorang Psikolog dari Universitas Harvard, ciri kecerdasan emosional diantaranya: (1) kemampuan self awarenes, atau tahu kemampuan diri sendiri, (2) kemampuan self regulation, atau bisa mendisiplinkan diri, (3) kemampuan motivation, atau menggelorakan motivasi untuk mencapai tujuan, (4) kemampuan emphaty, atau merasakan apa yang dirasakan orang lain, (5) kemampuan social skills, atau interaksi dengan orang lain.
Kelima Ciri kecerdasan emosional tersebut in syaa Allah bisa didapatkan oleh para pelaku puasa tentu dengan tambahan kecerdasan spiritual.
Tabligh
Makna sederhananya adalah penyampai yang baik, atau lebih luas lagi diartikan sebagai penyampaian secara jujur, sekaligus bertanggungjawab atas segala tindakan yang diambilnya (transparansi). Puasa mendidik para pelakunya untuk bisa menjaga lisannya, artinya jika pun harus berbicara maka tidak akan berbicara kecuali pembicaraan yang baik.
Nabi pernah bersabda: “Man lam yada’ qoula az zur wal ‘amala bihi wal jahli fa laisa lillahi hajatun fi an yada’a tho’amahu wa syarobahu”. (HR. Al Bukhari) Penjelasan dari hadits tersebut adalah barangsiapa tidak bisa meninggalkan ucapan yang diharamkan saat berpuasa seperti berdusta, bersumpah palsu, mengghibah orang, mengadu domba, menuduh zina serta mencaci atau mencela serta tidak meninggalkan perbuatan yang diharamkan seperti berbuat dzalim, menipu, berkhianat dsb, maka puasanya tidak diridhai Allah, tidak diterima sempurna di sisinya, tidak juga mendapatkan pahala besar yang pernah Allah janjikan untuknya.
Demikian beberapa karakter utama/unggul yang bisa diraih oleh orang yang berpuasa, semoga kita benar-benar bisa meneladani Rasulullah dan harapannya bisa menggapai tujuan puasa “La’allakum Tattaqun” yaitu menjadi manusia yang bertaqwa.
Wallahu A’lamu bish Shawab.
Penulis adalah Dosen Kemuhammadiyahan STIKes Muhammadiyah Tegal dan Bimroh RSI PKU Muhammadiyah Tegal