Prof. Zakiyuddin Baidhawy: Tekankan Budaya Pengajian sebagai Motor Peradaban

PWMJATENG.COM, Boyolali, 29 November 2025 — Semarak Milad ke-113 Muhammadiyah di RS PKU Aisyiyah Boyolali menghadirkan tausiyah inspiratif dari Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, Wakil Ketua PWM Jawa Tengah sekaligus Rektor UIN Salatiga. Dalam ceramah bertema Etika Muhammadiyah Strategis dan Spirit Peradaban itu, ia menegaskan bahwa karakter utama warga Muhammadiyah adalah memberi untuk kehidupan.
“Orang Muhammadiyah itu sedekah untuk kehidupan, bukan untuk kematian. Warga Muhammadiyah seperti kunang-kunang: jumlahnya sedikit di banyak tempat, tetapi sinarnya menerangi kehidupan. Sekolah jadi, perguruan tinggi jadi, rumah sakit jadi, masjid juga jadi,” ujarnya di hadapan peserta.
Acara yang berlangsung di Aula H. Jalal Sayuti merupakan kolaborasi antara LKKS PDM Boyolali, Majelis Dikdasmen, PDA Boyolali, serta RS PKU Aisyiyah Boyolali. Hadir pula jajaran pimpinan Muhammadiyah–Aisyiyah, ketua majelis/lembaga, ortom, dan sivitas rumah sakit.
Dalam ceramahnya yang mendalam, Prof. Zakiyuddin menekankan bahwa pusat kekuatan Muhammadiyah sesungguhnya berada pada budaya pengajian. Ia merujuk kepada konsep Jawa kumpul–kembul–tukul: berkumpul, berinteraksi, lalu melahirkan gagasan.
“Jangan meremehkan pengajian. Banyak amal usaha Muhammadiyah bermula dari pertemuan kecil dan obrolan sederhana tentang kebaikan. Pikiran Muhammadiyah itu besar, tetapi langkahnya dimulai dari yang kecil: jamaah dan pengajian,” tegasnya.
Ia juga menilai tema Milad ke-113 Muhammadiyah, Memajukan Kesejahteraan Bangsa, sangat sejalan dengan amanat Pembukaan UUD 1945. Menurutnya, pengulangan ajaran dalam pengajian adalah metode pendidikan yang diwariskan ulama besar.

“Imam Syafi’i dan Ibnu Hajar menekankan pentingnya pengulangan ilmu untuk membentuk karakter. Itulah yang dilakukan Kiai Ahmad Dahlan ketika mengajarkan Surah Al-Ma’un selama hampir empat bulan,” jelasnya.
Menurutnya, Al-Ma’un menjadi sumber nilai dasar warga Muhammadiyah.
“Inti dakwah Al-Ma’un adalah caring and sharing — peduli dan berbagi. Karena itu warga Muhammadiyah memberi bukan untuk kematian, tetapi untuk kehidupan: membangun sekolah, rumah sakit, panti, dan layanan sosial yang menyelamatkan manusia.”
Prof. Zakiyuddin turut menyoroti bahwa sebagian besar amal usaha, terutama rumah sakit Muhammadiyah, berdiri dari perjuangan kolektif warga.
“Rumah sakit Muhammadiyah banyak berdiri dari sertifikat tanah para warga. Bukan karena kekayaan besar, tetapi karena keberanian moral, kepedulian, dan keyakinan bahwa ibadah harus diwujudkan dalam kontribusi nyata,” ungkapnya.
Direktur RS PKU Aisyiyah Boyolali, dr. Zahrosofi Ahmadah, MARS, menyampaikan apresiasi atas kepercayaan menjadikan RS PKU sebagai tuan rumah kegiatan milad tahun ini.
Ia berharap acara serupa dapat digelar secara rutin untuk memperkuat budaya pengajian dan memperluas manfaat dakwah Muhammadiyah di lingkungan rumah sakit.
Sementara itu, Ketua PDM Boyolali, Dr. Ali Muhson, M.Ag., M.Pd.I., M.H., M.M., menekankan pentingnya peran majelis dalam mencerdaskan umat melalui pengajian yang berkualitas.
“Ngaji di Muhammadiyah itu harus mencerdaskan. Majelis-majelis harus berperan sesuai bidangnya — ekonomi, hukum, pendidikan — agar tercipta masyarakat tercerahkan,” ujarnya.
Kegiatan Milad ke-113 Muhammadiyah di Boyolali ini menjadi momentum memperkokoh tradisi pengajian sebagai ruh gerakan, memperluas amal usaha, dan menghidupkan nilai Al-Ma’un melalui aksi nyata.
Dengan semangat berbagi, kepedulian sosial, dan keberanian moral, warga Muhammadiyah diharapkan terus menjadi pelopor dalam membangun peradaban yang mencerahkan.
Editor: Al-Afasy



