Perkaya Praktikum Sekolah, UMS Latih Guru Biologi Ekstraksi DNA hingga Elektroforesis

PWMJATENG.COM, SURAKARTA — Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyelenggarakan workshop series sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat dalam Rencana Pengembangan Program Studi (RPPS) yang berkolaborasi dengan Pengembangan Individual Dosen (PID). Kegiatan ini dipimpin oleh Dr. Triastuti Rahayu, M.Si., Erma Musbita Tyastuti, M.Si., dan Yasir Sidiq, M.Sc., Ph.D., dengan dukungan sejumlah asisten laboratorium.
Awalnya, workshop ini diprioritaskan bagi guru Biologi di wilayah eks Karesidenan Solo Raya. Namun tingginya antusiasme membuat panitia membuka kesempatan bagi 20 pendaftar tercepat dari luar daerah.
“Akhirnya kami akomodasi pendaftar yang lebih cepat, sehingga peserta menjadi lebih berwarna. Ada yang dari Semarang dan Madiun,” jelas Triastuti di Laboratorium Biologi UMS, Sabtu (22/11).
Pada sesi perdana, peserta mempraktikkan ekstraksi DNA sederhana menggunakan buah dan tauge. Metode ini dipilih agar siswa di sekolah dapat melakukan praktikum menggunakan peralatan dan bahan yang mudah diperoleh.
Praktik ini memungkinkan guru membandingkan berbagai metode dan menyesuaikannya dengan kondisi masing-masing sekolah. Harapannya, kegiatan tersebut mampu memperkaya variasi pembelajaran biologi, terutama pada materi genetika.
Selain ekstraksi DNA, peserta juga memperoleh materi pengayaan terkait teknik elektroforesis dan PCR (Polymerase Chain Reaction). Meskipun tidak semua sekolah memiliki fasilitas untuk praktik teknis tersebut, pemahaman mendasar tetap dianggap sangat penting.
“Materi PCR dan elektroforesis menjadi pengayaan agar guru lebih memahami konsep DNA. Dengan begitu, saat mengajar, mereka dapat menjelaskan materi dengan lebih mudah dan akurat,” tambah Triastuti.
Triastuti menjelaskan bahwa workshop ini akan berlangsung dalam lima sesi, mencakup topik lanjutan seperti pedagogi, penyusunan perangkat pembelajaran, coding, dan materi lain yang menunjang kompetensi guru Biologi.
Sebagian besar peserta mengaku belum pernah melakukan praktik ekstraksi DNA di sekolah mereka, sehingga kegiatan ini memberi pengalaman langsung yang sulit diperoleh pada pelatihan konvensional.
Salah satu peserta, Sahasika Sean Putra dari Madiun, menyampaikan bahwa workshop ini memperluas wawasan sekaligus memperkaya jaringan profesional.

“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami sebagai guru. Ilmu yang kami dapatkan bisa langsung dibawa ke kelas agar siswa tahu bahwa teknologi biologi jauh berkembang, tidak hanya seperti yang tertulis di buku teks,” ujarnya.
Peserta lain, Dhinar Dewi Istini dari Semarang, mengaku materi DNA menjadi tantangan baru sekaligus pengalaman yang ia nanti-nantikan.
“Ini hal baru bagi saya. Justru kesempatan seperti ini yang saya tunggu-tunggu. Menantang dan sangat bermanfaat,” ungkapnya.
Meski datang dari luar kota, baik Sahasika maupun Dhinar menegaskan bahwa mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk terus meningkatkan kompetensi demi kualitas pembelajaran siswa.
Melalui workshop ini, UMS memperkuat komitmen dalam membantu guru-guru Biologi menghadirkan pembelajaran yang lebih kontekstual, aplikatif, dan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.
Kontributor: (Maysali/Humas)
Editor: Al-Afasy


