Perempuan Desa Kandangrejo Dilatih Ilmu Kemasan, Kunci Kemandirian Ekonomi Berbasis Potensi Lokal
PWMJATENG.COM, Semarang – Upaya mendorong kemandirian ekonomi perempuan desa kembali dilakukan oleh PPK ORMAWA IMM Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Semarang. Melalui program Sekolah Perempuan Plus 2025, kegiatan yang digelar di Desa Kandangrejo, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan ini menghadirkan pelatihan khusus tentang kemasan dan standarisasi usaha.
Pelatihan kali ini mengangkat tema “Perempuan Teliti Standarisasi Wirausaha” yang merupakan bagian ketiga dari rangkaian kegiatan sebelumnya. Narasumber yang hadir ialah Agung Sri Kuncoro, Pembina Industri Bidang Agro dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Ia memaparkan materi seputar teori pengemasan produk, konsep merek, serta pentingnya label dalam menunjang kualitas usaha.
Agung menegaskan bahwa kemasan bukan sekadar pelindung produk, melainkan unsur penting dalam daya saing usaha. “Pemilihan kemasan yang tepat akan membuat produk lebih awet sekaligus menarik di mata konsumen. Karena itu, dalam berwirausaha kita harus jeli memilih dan mengolah kemasan agar memiliki nilai lebih,” jelasnya.
Materi yang diberikan tidak hanya berhenti pada teori. Peserta mendapatkan penjelasan menyeluruh mulai dari perbedaan wadah dengan kemasan, fungsi dan jenis kemasan, kualitas bahan pengemas, hingga simbol kode plastik yang aman digunakan. Selain itu, mereka juga diperkenalkan dengan teknologi pengemasan modern yang kini banyak dipakai pelaku usaha skala kecil hingga besar.
Tak hanya pengemasan, peserta juga diajak memahami pentingnya merek dan label. Menurut Agung, keduanya merupakan identitas yang akan menentukan bagaimana produk dikenal masyarakat. Label yang sesuai aturan tidak hanya memperkuat kepercayaan konsumen, tetapi juga membuka peluang produk lokal masuk pasar lebih luas.
Baca juga, Ketua PWM Jateng Tafsir Buka TOT Buku Ajar Pesantren Muhammadiyah di UMP
Kegiatan ini menjadi tindak lanjut dari sesi pelatihan sebelumnya yang membahas potensi komoditas bawang merah sebagai unggulan desa. Melalui pelatihan berjenjang, perempuan Desa Kandangrejo diharapkan memiliki keterampilan praktis sekaligus wawasan kewirausahaan. Harapannya, hasil pertanian yang melimpah dapat diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi dengan daya saing kuat di pasaran.
Ketua Tim Pelaksana, Reffi, mengungkapkan rasa syukur atas kelancaran kegiatan. “Alhamdulillah, pelatihan hari ini berjalan dengan baik. Harapan kami, ibu-ibu tidak hanya berhenti pada pengemasan sederhana, tetapi mampu meningkatkan kualitas kemasan agar lebih kompetitif,” ujarnya.
Reffi menambahkan bahwa program Sekolah Perempuan Plus bukan sekadar seremonial, melainkan upaya nyata memberdayakan perempuan desa. Menurutnya, pelatihan semacam ini akan membuka jalan lahirnya wirausaha baru yang mandiri, kreatif, dan berkelanjutan.
Kepala Desa Kandangrejo, Widi Rifa’i, juga menyampaikan apresiasi tinggi terhadap program ini. Ia menilai bahwa kegiatan tersebut sangat relevan dengan kebutuhan warganya. “Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat. Saya yakin ibu-ibu desa akan semakin kreatif dan mandiri dalam mengembangkan produknya,” ungkap Widi.
Ia berharap kerja sama antara mahasiswa, pemerintah, dan masyarakat dapat terus terjalin. Dengan adanya pendampingan, perempuan desa tidak hanya mampu mengolah potensi lokal, tetapi juga siap menembus pasar yang lebih luas.
Program Sekolah Perempuan Plus 2025 masih akan berlanjut dengan materi pemasaran yang rencananya menghadirkan narasumber dari Dinas Komunikasi dan Informatika. Materi ini akan tetap berfokus pada potensi bawang merah sebagai komoditas unggulan Kandangrejo.
Kontributor : Salsa
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
