Pengembangan UMKM Perempuan dan Ekonomi Kreatif
Oleh : Khafid Sirotudin*
PWMJATENG.COM – Sekitar 80-an pelaku UMKM berkumpul di Aula lantai 1 SMA Muhammadiyah 1 Klaten, Ahad 18 Juni 2023. Semua yang hadir perempuan kecuali saya dan David selaku Narasumber dan 3 orang mewakili Business Center SMK Muhammadiyah Delanggu dan 2 utusan PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah).
Di selasar luar aula terpajang beberapa produk UMKM milik peserta di atas beberapa meja. Semua produk industri rumah tangga (home industry) UMKM Pangan (makanan dan minuman). Ada satu peserta penjual Es Dawet Cincau yang diborong ibu Sri Marnyuni, salah satu Dewan Pembina LPUMKM PWM Jateng yang saat ini menjadi Wakil Ketua Komisi B DPRD Provinsi Jawa Tengah. Laksana oase di padang pasir, semua peserta menikmati es dawet di tengah suhu panas menjelang musim kemarau tahun ini.
Sejak pagi hingga siang mayoritas pelaku UMKM Aisyiyah dari 26 PCA se-kabupaten Klaten mengikuti dua kegiatan yang dirangkai bertautan sekaligus. Yaitu Sosialisasi Perda Jateng Nomor 5 tahun 2021 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Workshop UMKM Pangan Berbasis Keluarga. Sebuah kegiatan ekonomi berjamaah, hasil kolaborasi LPUMKM PWM dengan MEK (Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan) dan SWA (Sekolah Wirausaha Aisyiyah) PW ‘Aisyiyah Jateng.
Jumlah sektor usaha di Jawa Tengah (2021) tercatat 4,2 juta unit. Terdiri dari usaha mikro sebanyak 90,48% (3.776.843), usaha kecil 8,5% (354.884), menengah 0,98% (39.125) dan usaha besar 0,08% (3.358). Dari data statistik itu menunjukkan sektor usaha mikro yang paling dominan. Yaitu usaha dengan kekayaan bersih tidak lebih Rp 50 juta dan omset penjualan tahunan maksimal Rp 300 juta (menurut UU 20/2008 tentang UMKM). Meski kriteria skala usaha telah berubah menjadi lebih besar dalam UU Omnibus Law yang sedang mengalami perbaikan sebagai akibat Keputusan MK beberapa waktu lalu.
Provinsi Jateng berada dalam pusaran utama—posisi ke 3 kasus tertinggi—saat pandemi Covid-19 lalu. Sehingga tidak dipungkiri menimbulkan konstraksi ekonomi yang cukup dahsyat bagi angka pertumbuhan regional. Tidak banyak pilihan kebijakan dan program ekonomi yang mampu mengembalikan keadaan dalam waktu sekejap. Dan UMKM-lah “prime-mover” (pengungkit) ekonomi yang paling luwes, lincah, tangguh dan relatif mandiri tidak terlalu tergantung dengan aneka bantuan sosial pemerintah.
Program kesehatan dan ekonomi mesti berjalan seiring sesuai porsi masing-masing. Dalam konteks ini keberadaan UPP (Unsur Pembantu Pimpinan) baru berupa Lembaga Pengembang UMKM (LP-UMKM) Muhammadiyah hasil Muktamar ke-48 di Solo menemukan momentumnya. LP-UMKM haruslah ada di tingkat Pimpinan Pusat/Wilayah/Daerah. Melengkapi AUM Kesehatan (Rumah Sakit, Poliklinik Pratama, RSIA) yang telah seabad lebih berbakti mengobati berbagai penyakit dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan rakyat sejak PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) didirikan tahun 1920. Juga melengkapi unit taktis- teknis adanya Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) hasil Muktamar ke-47 di Makasar.
UMKM Perempuan dan Ekonomi Kreatif
Kami tidak mengira jika UMKM Pangan Aisyiyah Klaten semaju ini setelah melihat langsung aneka produk mamin (makanan minuman) yang dibawa peserta workshop. Salah satunya yaitu Rendang Ikan yang dipackaging ke dalam kaleng higienis terstandar SNI. Tidak kalah dengan RendangMu buatan Lazismu Jateng. Masih banyak produk menarik lain, di antaranya : aneka kerupuk, abon ikan, steak, keripik jamur dan tempe, beras organik dan non organik, serta beragam kudapan serta menu makanan keseharian.
Sesanti bisnis mengajarkan bahwa terdapat satu pilihan di antara 3 alternatif agar bisnis mampu berdiri, bertahan dan berkembang secara baik. Yaitu Be the First (jadilah yang pertama), Be the One (jadilah satu-satunya) atau Be the Best (jadilah yang terbaik).
Dari obrolan santai dengan beberapa peserta workshop, rata-rata “emak-emak” UMKM berkemajuan itu telah melakukan aktivitas bisnis dari rumah lebih dari 5 tahun. Maknanya mereka telah melalui ‘critical time’ (waktu kritis) 3 tahun. Indikator empiris untuk menakar kekuatan suatu bisnis UMKM pangan, khususnya kuliner dan produk mamin skala rumah tangga.
Baca juga, Tingkatkan Tata Kelola Kelembagaan, Lazismu Gelar Workshop Penyusunan Instrumen Survei
Disisi lain menunjukkan peran serta nyata PW Aisyiyah dalam menguatkan ekonomi keluarga melalui program SWA (Sekolah Wirausaha Aisyiyah) yang telah dijalankan intensif selama setengah dasawarsa di Jawa Tengah. Maka tidaklah salah manakala kami dari LP-UMKM PWM Jawa Tengah melakukan kebijakan afirmatif perempuan dengan menempatkan 31% sebagai pengurus. Betapa pun kekuatan ekonomi sebuah keluarga tergantung dari seorang ibu sebagai kepala rumah tangga. Melengkapi peran seorang bapak sebagai kepala keluarga.
Ke depan penguatan pelaku UMKM Perempuan berbasis keluarga harus lebih digiatkan lagi. Terutama aksi bersama untuk meningkatkan iptek dan ketrampilan dalam produksi, packaging, marketing, supply and chain, dan teknologi informasi. Komunitas UMKM perempuan yang didukung ekonomi kreatif.
Sertifikat Halal
Pada kegiatan workshop kali ini, kami menghadirkan David Perdana, tenaga pendamping proses produk halal BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal) Kementrian Agama RI. Banyak peserta workshop yang memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan sertifikat produk halal secara gratis. Sebagai bagian dari program sejuta sertifikat halal produk UMKM dari pemerintah.
Workshop UMKM di Klaten hanyalah salah satu program dan kegiatan awal LP-UMKM bersama MLO dan UPP (Majelis Lembaga Ortom dan Unsur Pembantu Pimpinan) PW Muhammadiyah beserta stakeholders (pemangku kepentingan) lain di Jawa Tengah. Tentu masih banyak program kegiatan yang telah kami rencanakan dan akan dilaksanakan selama masa pengabdian 5 tahun. Sesuai rencana kami melaksanakan Rakerwil (Rapat Kerja Wilayah) Pertama LPUMKM pada pertengahan Juli 2023. Selain menyambut dan memeriahkan Hari Koperasi Indonesia, sambil menunggu LP-UMKM terbentuk di setiap PDM hasil Musyda se-Jateng.
Dengan sinergitas program dan kolaborasi aksi LPUMKM bersama MLO-UPP PWM dan Stakeholders lain di luar persyarikatan, UMKM semakin berkembang, bermanfaat dan berdaulat sebagai pelaku bisnis yang setara di Jawa Tengah. Sebuah ikhtiar mewujudkan UMKM yang jujur, makmur dan bahagia. Insyaallah. Wallahua’lam
*Ketua LP-UMKM PWM Jawa Tengah
Editor : M Taufiq Ulinuha