Pak AR Fachrudin: Figur Sufi Muhammadiyah
Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)
PWMJATENG.COM – Di era di mana pemimpin merubah aturan dan menjadikan demokrasi elektoral sebagai legalitas kedaulatan rakyat untuk kepentingan nafsu kekuasaan dan membangun dinasti politiknya.
Di era dimana para oligarki berkolusi berkelindan dengan penguasa merampas hak rakyat atas nama program strategis nasional didukung para politisi dan aparat menjadi punggawa penguasa dzalim.
Di era dimana kiai menjual kekiaiannya, ulama mengkapitalisasi keulamaannya, para habib menjual nasabnya untuk membodohi umat demi pundi-pundi harta dan kekuasaan. Kata apakah yang bisa kita ucapkan kepada pak AR yang bersih dari semua itu? Seorang pemimpin organisasi besar dan kaya raya yang mencari nafkah dengan cara menaruh beberapa dirigen minyak tanah dan bensin untuk dijual didepan pagar rumahnya dan sampai meninggal tidak punya rumah.
Baca juga, Keputusan Musypimwil Muhammadiyah Jateng Tahun 2024
Terlalu tidak imbang membandingkan situasi sekarang dengan seorang AR Fachrudin yang begitu zuhud, bersahaja, memiliki cinta kasih yang meluber dan penuturan penuh ketulusan, yang membuat beliau dipercaya memimpin Muhammadiyah terlama.
Tidak takluknya Pak AR dan tentunya Bu AR oleh ‘dunia’ membuat kita aman dan nyaman di bawah ayoman kepemimpinannya. Dan inilah karakter Sufiisme dalam Muhammadiyah
“Di hati manusia hanya ada satu cinta yaitu cinta kepada Allah. Jika cinta kepada Allah itu tercemari cinta kepada dunia, Allah akan cemburu.” kata Pak AR
“Jika hamba mencintai Allah dan Allah mencintai hambaNya, maka Allah tidak mau cinta kepada hambaNya disaingi oleh cinta hamba kepada selain diriNya. Allah itu ‘Maha Pencemburu” kata Pak AR
Muhammadiyah bersyukur pernah memiliki figur pemimpin panutan luar biasa yang belum ada penggantinya sampai sekarang, menjadi inspirasi para kader untuk membesarkan Muhammadiyah. Wallahu a’lam.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha