Pahala Puasa Setahun Penuh! Inilah Keutamaan dan Tuntunan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Pahala Puasa Setahun Penuh! Inilah Keutamaan dan Tuntunan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)

PWMJATENG.COM – Puasa merupakan ibadah yang memiliki kedudukan agung dalam ajaran Islam. Selain puasa wajib di bulan Ramadan, terdapat puasa-puasa sunah yang dianjurkan untuk diamalkan oleh umat Islam, salah satunya adalah puasa enam hari di bulan Syawal.

Puasa ini memiliki keutamaan luar biasa sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ فَكَأَنَّمَا صَامَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
“Barang siapa berpuasa Ramadhan, lalu mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang tahun.”
(HR. Muslim, no. 1164)

Secara matematis, keutamaan ini dapat dipahami melalui kaidah bahwa setiap satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Satu bulan puasa Ramadhan setara dengan sepuluh bulan, dan enam hari puasa di bulan Syawal setara dengan dua bulan. Maka, jika dikombinasikan, seseorang seperti telah berpuasa selama satu tahun penuh.

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai cara pelaksanaan puasa Syawal. Apakah lebih utama dikerjakan secara berturut-turut, atau boleh dipisah-pisah selama masih dalam bulan Syawal?

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin رحمه الله menjelaskan:

الأفضل صيام ستة أيام من شوال أن تكون متتابعة…
“Lebih utama puasa enam hari di bulan Syawal dilakukan secara berturut-turut dan langsung setelah hari raya Idulfitri. Namun, tidak mengapa jika memulainya beberapa hari setelah 1 Syawal atau mengerjakannya secara terpisah hingga akhir bulan. Karena Nabi ﷺ tidak mensyaratkan harus berurutan ataupun langsung setelah Ramadhan.”
(Silsilah Fatawa Nur ‘alad Darb, kaset no. 239)

Dengan demikian, meskipun lebih utama dilakukan berurutan dan segera setelah Idulfitri, namun puasa Syawal tetap sah dan bernilai apabila dilakukan secara terpisah.

Baca juga, Makna Idulfitri dan Halalbihalal: Menjaga Kesucian Lahir dan Batin

Hikmah dan Manfaat Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

1. Menyempurnakan Kekurangan dalam Puasa Ramadhan

Sebagaimana amalan lainnya, puasa Ramadhan yang dilakukan manusia tidak luput dari kekurangan. Puasa enam hari di bulan Syawal menjadi pelengkap atas kekurangan tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ…
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Jika salatnya baik, maka ia beruntung. Jika salatnya buruk, maka ia celaka. Jika ada kekurangan, Allah berfirman: ‘Lihatlah apakah ia memiliki amalan sunah?’ Lalu disempurnakanlah kekurangan dari amalan wajibnya.”
(HR. Abu Dawud no. 864; Tirmidzi no. 413, shahih menurut Al-Albani)

Prinsip ini juga berlaku untuk ibadah puasa.

2. Tanda Diterimanya Amal Salih

Salah satu tanda diterimanya amal adalah keberlanjutan dalam amal saleh. Imam Hasan Al-Bashri رحمه الله berkata:

إِنَّ مِنْ جَزَاءِ الْحَسَنَةِ الْحَسَنَةَ بَعْدَهَا…
“Sesungguhnya balasan dari suatu kebaikan adalah kebaikan setelahnya, dan balasan dari keburukan adalah keburukan setelahnya.”

Dengan tetap melanjutkan ibadah setelah Ramadhan, seperti puasa Syawal, seorang hamba menunjukkan kesungguhan dalam memperbaiki diri.

3. Mendekatkan Diri kepada Allah

Amalan sunah seperti puasa Syawal juga menjadi jalan untuk meraih kecintaan Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
“Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunah hingga Aku mencintainya.”
(HR. Bukhari, no. 6502)

Melalui puasa sunah, seorang Muslim menunjukkan keikhlasan dan kesungguhan dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Kesimpulan

Puasa enam hari di bulan Syawal merupakan amalan sunah yang sangat dianjurkan dengan keutamaan besar, yakni mendapatkan pahala seolah-olah berpuasa sepanjang tahun. Pelaksanaannya tidak wajib dilakukan secara berturut-turut ataupun langsung setelah hari raya, meskipun itu lebih utama. Hikmahnya mencakup penyempurnaan kekurangan puasa Ramadhan, menjadi tanda diterimanya amal, serta sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua untuk senantiasa melanjutkan amal saleh setelah Ramadhan. Aamiin.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha