Ojo Nganti Pedot Anggone Nggujengi Klambine Nabi
Ojo Nganti Pedot Anggone Nggujengi Klambine Nabi
Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul) (Penasehat PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan)
PWMJATENG.COM – Nabi Muhammad Saw. dikenal sebagai sosok yang sempurna (ma’shum) karena beliau merupakan “Al-Qur’an yang berjalan”. Sebagai umatnya, kita tidak boleh menjauh dari beliau, baik dalam perilaku maupun ajaran yang dibawa. Ini ditegaskan dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 4:
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Nabi Muhammad adalah sosok yang mulia, yang akhlaknya merupakan teladan bagi seluruh umat manusia. Dalam ayat ini, Allah SWT memberikan tanggung jawab kepada Nabi Muhammad untuk menyempurnakan akhlak umat, khususnya kepada masyarakat Quraisy di Makkah yang saat itu tengah mengalami masa jahiliyah—kondisi di mana nilai-nilai luhur agama banyak diabaikan.
Perayaan Maulid Nabi: Tradisi yang Boleh Dijalankan
Setiap tahun, umat Islam memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw., yaitu pada tanggal 12 Rabiul Awal. Dalam pandangan Muhammadiyah, Majelis Tarjih menyatakan bahwa tidak ada perintah khusus untuk merayakan Maulid Nabi. Namun, tidak ada larangan jika perayaan ini dilakukan sebagai syiar agama dan selama tidak mengandung unsur syirik.
Perayaan Maulid bisa menjadi sarana dakwah, terutama jika dikemas dalam bentuk yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Sebaliknya, jika perayaan tersebut mengandung unsur kesyirikan atau mendatangkan dampak negatif, maka lebih baik ditinggalkan.
Lahirnya Sosok Pembawa Rahmat
Nabi Muhammad lahir pada tahun Gajah, dari pasangan Abdullah dan Siti Aminah. Kehadiran beliau sudah diramalkan oleh seorang pendeta sebagai sosok yang akan menjadi pemimpin umat dan memperbaiki akhlak masyarakat. Pada masa itu, kota Makkah dalam kondisi jahiliyah, di mana tata kehidupan masyarakat penuh dengan kekacauan.
Kehadiran Nabi Muhammad membawa harapan untuk mengubah tatanan masyarakat yang telah menyimpang dari norma-norma agama maupun sosial. Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad untuk membangkitkan umat dan menjadikan mereka bermartabat. Nabi Muhammad SAW dikenal dengan sifat-sifat mulia seperti sidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), fatonah (cerdas), dan tabligh (menyampaikan). Sifat-sifat inilah yang menjadi pakaian akhlak Nabi Muhammad Saw.
Meneladani Akhlak Mulia dalam Kehidupan
Sebagai umat Nabi Muhammad, kita wajib meneladani sifat-sifat mulia beliau sesuai dengan kemampuan kita. Dalam menghadapi perkembangan zaman, kita perlu selalu “gondhelan klambine Kanjeng Nabi”—sebuah istilah dalam bahasa Jawa yang bermakna terus mengikuti tuntunan Nabi Muhammad dalam setiap aspek kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.
Baca juga, Lima Wasiat Seorang Ayah kepada Anak-anaknya
Dalam kehidupan sehari-hari, penting bagi kita untuk selalu mengedepankan moral dan adab yang baik. Kita harus menuju akhlakul karimah, yaitu akhlak yang mulia, di mana perilaku kita senantiasa sesuai dengan ajaran agama dan norma sosial. Saat ini, di tengah disrupsi zaman, terjadi kemerosotan nilai-nilai moral. Banyak orang lebih mengutamakan hawa nafsu, sehingga muncul perilaku yang tidak terpuji seperti saling mencela, mengumpat, dan merendahkan satu sama lain.
Momentum Introspeksi Diri
Maulid Nabi Muhammad adalah momen yang tepat untuk introspeksi diri. Kita harus berusaha meneladani sifat-sifat mulia Nabi dengan membaca sirah atau manaqib (riwayat hidup beliau). Dengan demikian, kita bisa menyelaraskan antara batin dan lahir, serta menjaga diri dalam ucapan maupun tindakan.
Dalam kehidupan sehari-hari, ungkapan Jawa “Ajining diri ono ing lathi, ajining raga ono ing busana” memiliki makna yang dalam. Artinya, kemuliaan seseorang ditentukan oleh ucapannya, dan penampilan luar mencerminkan kemuliaan dirinya. Busana yang baik adalah yang menutupi aurat dengan sempurna, sehingga tidak memicu hawa nafsu yang negatif.
Akhlak sebagai Cerminan Manusia Mulia
Di zaman sekarang, meskipun seseorang memiliki kedudukan sebagai pemimpin, cendekiawan, tokoh politik, atau tokoh agama, jika ia tidak mencerminkan akhlak yang baik, maka nilai kemuliaan dirinya akan berkurang. Akhlak yang baik menjadi tolok ukur utama dalam menilai seseorang, bukan hanya jabatan atau kedudukan sosialnya.
Dalam menghadapi era modern yang penuh dengan tantangan, kita harus senantiasa berpegang teguh pada ajaran Nabi Muhammad Saw. Dengan meneladani sifat-sifat beliau, kita dapat menjaga integritas moral di tengah-tengah masyarakat yang semakin kompleks.
Penutup
Semoga di hari kelahiran Nabi Muhammad ini, kita semua diberi kekuatan untuk istiqomah dalam meneladani akhlak beliau. Mari kita bersama-sama menjaga ucapan, perilaku, dan tindakan kita, agar senantiasa mencerminkan akhlak yang mulia. Semoga kita termasuk ke dalam golongan umat Nabi Muhammad SAW yang selalu berpegang pada tuntunan beliau. Amin.
Editor : M Taufiq Ulinuha