Kolom

Ojo Adigang, Adigung, Adiguna!

Ojo Adigang, Adigung, Adiguna!

Oleh : Alvin Qodri Lazuardy, M.Pd. (Kepala SMP At-Tin UMP)

PWMJATENG.COM –  Dalam kearifan lokal Jawa, ada tiga istilah yang mencerminkan berbagai aspek kepemimpinan dan kelebihan individu: Adigang, Adigung, dan Adiguna. Menurut filosofi Jawa, sifat-sifat ini tidak seharusnya dipamerkan atau dibanggakan oleh individu yang memilikinya. Mari kita telaah makna dan implikasinya lebih dalam.

Adigang, secara etimologis, merujuk pada individu yang memiliki kekuatan dan kekuasaan yang signifikan dalam masyarakat. Mereka sering kali berada di puncak hierarki sosial atau memiliki pengaruh yang besar. Namun, penting untuk diingat bahwa memiliki kekuasaan bukanlah suatu alasan untuk merasa lebih tinggi atau menindas yang lain. Kekuasaan seharusnya disertai dengan sikap adil dan bertanggung jawab.

Adigung, di sisi lain, menggambarkan orang yang bangga akan kekayaan, keturunan, atau kemuliaan yang mereka miliki. Ini bisa termasuk kemampuan material atau sosial yang menonjol. Namun, seperti halnya dengan kekuasaan, kekayaan dan prestise juga harus dihadapi dengan rendah hati dan kesadaran bahwa semua itu adalah amanah yang harus dikelola dengan bijak.

Baca juga, Mengapa Paham Salafi Mudah Masuk di Muhammadiyah?

Adiguna, akhirnya, mengacu pada individu yang membanggakan kecerdasan, pengetahuan, dan keterampilan mereka. Mereka mungkin memiliki keunggulan intelektual atau kemampuan khusus dalam berbagai bidang. Namun demikian, kecerdasan dan keahlian juga harus dipergunakan untuk kebaikan bersama dan tidak boleh menjadi alasan untuk merasa lebih unggul atau mengecilkan nilai orang lain.

Dalam konteks filosofi Jawa, pesan utama dari ketiga istilah ini adalah tentang pentingnya sikap rendah hati, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap semua kelebihan yang dimiliki. Kekuasaan, kekayaan, dan kecerdasan bukanlah hal-hal yang seharusnya disombongkan, melainkan harus dikelola dengan bijak dan digunakan untuk kebaikan bersama. Semua kelebihan ini seharusnya menjadi pelajaran untuk terus mawas diri dan melakukan introspeksi, bukan untuk dipamerkan atau untuk merasa lebih baik dari orang lain.

Dengan memahami makna dalam istilah Adigang, Adigung, dan Adiguna, kita diingatkan untuk selalu bersikap rendah hati dalam kelebihan yang kita miliki, serta menggunakan segala potensi tersebut sebagai sarana untuk mengabdi kepada sesama dan mencapai keseimbangan dalam kehidupan.

Artikel ini merujuk kepada Nasihat Pimpinan Pondok Gontor, Drs. K.H. M. Akrim Mariyat, Dipl.A.Ed.,

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE