Muhammadiyah: Menjaga Tradisi Perjuangan dan Membangun Masa Depan Berkeadilan
PWMJATENG.COM, Semarang – Pada peringatan miladnya yang ke-111, Muhammadiyah terus mengukir jejaknya sebagai organisasi Islam terkemuka di Indonesia. Amanat Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si., pada Semarak Milad ke-111 Muhammadiyah yang digelar PWM Jawa Tengah menggarisbawahi peran sentral Muhammadiyah dalam pembangunan bangsa dan negara. Dalam perjalanan panjangnya, Muhammadiyah telah menyumbangkan berbagai inovasi dan perjuangan, menjadi kekuatan inklusif dalam masyarakat Indonesia.
Muhammadiyah, yang berdiri sebelum kemerdekaan, tidak hanya merintis gerakan pendidikan tetapi juga menyumbang dalam gerakan pelayanan sosial kesehatan berbasis Al-Maun. Organisasi ini bahkan melahirkan gerakan perempuan modern di Indonesia dengan pembentukan Aisyah pada tahun 1917. Seiring berjalannya waktu, Muhammadiyah tidak hanya berfokus pada aspek pendidikan dan kesehatan tetapi juga ikut serta dalam perlawanan fisik terhadap penjajah pada Agresi I dan II.
Dalam situasi kritis seperti Perang Gerilya, Muhammadiyah tidak hanya membentuk Askar Perang Sabil tetapi juga mengambil peran kebangsaan. Ki Bagus Hadi Kusumo, Ketua Umum PP Muhammadiyah saat itu, memimpin perang tersebut dengan dukungan langsung dari Jenderal Sudirman, seorang kader Muhammadiyah. Bahkan Presiden Soekarno, yang hijrah ke Jogja, adalah anggota resmi Muhammadiyah pada masa itu.
Baca juga, Diresmikan Ketum PP Muhammadiyah, RS UNIMUS Jadi RS Muhammadiyah ke-52 di Jateng dan ke-123 di Indonesia
Prof. Haedar Nashir menegaskan bahwa sejarah perjuangan Muhammadiyah mencerminkan kontribusi luar biasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Muhammadiyah tidak hanya menjadi kekuatan eksklusif dalam Islam, tetapi juga mewakili semangat inklusif Islam Rahmatan Lil Alamin. Semangat ini tetap hidup di kalangan anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah.
Dengan mengalami proses institusionalisasi, Muhammadiyah telah menjadi kekuatan impersonal yang mengemban misi utama sebagai pergerakan. Seperti pembentukan negara, Muhammadiyah mengedepankan sistem—sistem yang tidak hanya tergantung pada kekuatan individu tetapi juga pada nilai-nilai dan prinsip. Prof. Haedar Nashir menyoroti bahwa sistem ini menjadi tonggak utama keberadaan Muhammadiyah sebagai pergerakan.
“Sebagaimana negara yang terbentuk setelah kita merdeka memiliki sistem hukum, politik, ekonomi, dan budaya, Muhammadiyah juga memiliki sistem gerakan,” ujar Prof. Haedar Nashir.
Dalam pengembangan Muhammadiyah ke depan, Prof. Haedar Nashir menggarisbawahi tiga dimensi penting: dimensi keagamaan, dimensi pendidikan, dan dimensi kesehatan. Keagamaan dalam Muhammadiyah tidak hanya menjadi dasar gerakan, tetapi juga menjadi nilai dan budaya yang harus terus hidup dalam diri setiap individu. Rumah sakit Muhammadiyah dan lembaga pendidikan Muhammadiyah bukan hanya sekadar pelayanan, melainkan juga representasi dari Islam yang berkemajuan.
Baca juga, Pengajian Akbar di Karanganyar: Pesan Inspiratif KH Tafsir untuk Menyongsong 2024!
“Islam yang kami populerkan adalah Islam berkemajuan. Islam yang tidak hanya sebagai agama, tetapi juga sebagai fondasi peradaban maju,” ungkap Prof. Haedar Nashir.
Dalam pandangan Muhammadiyah, Islam yang berkemajuan melibatkan proyeksi sebagai penerus peradaban. Islam bukan hanya penerang jalan, melainkan juga membangun karakter yang berlandaskan akhlak dan iman. Prof. Haedar Nashir menekankan bahwa nilai-nilai iman dan akhlak adalah fondasi kokoh yang tidak bisa digantikan oleh apapun.
“Islam yang kami anut mengajarkan hidup damai, persatuan, dan toleransi. Ukhuwah (persaudaraan) harus terwujud dalam kehidupan sosial, kehidupan beragama, dan kehidupan bangsa,” tambah Prof. Haedar Nashir.
Muhammadiyah menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kebudayaan, yang secara seimbang dengan Pancasila sebagai dasar negara. Muhammadiyah sebagai pergerakan terus berkomitmen menjaga Indonesia dengan memperkuat keberagaman, menciptakan persatuan, dan memberikan kontribusi nyata dalam pendidikan dan kesehatan.
Dengan pemahaman yang mendalam terhadap sejarah perjuangan dan semangat inklusif Islam Rahmatan Lil Alamin, Muhammadiyah terus menjadi pilar utama dalam membangun masa depan berkeadilan untuk bangsa Indonesia.
Editor : M Taufiq Ulinuha