Muhammadiyah Memandang Kemerdekaan

PWMJATENG.COM – Kemerdekaan adalah anugerah terbesar yang diberikan Allah Swt. kepada suatu bangsa. Bagi Muhammadiyah, kemerdekaan bukan sekadar terbebas dari penjajahan fisik, melainkan mencakup kebebasan jiwa, pikiran, dan peradaban yang mengarah pada kesejahteraan serta kemajuan umat. Pemahaman ini sejalan dengan semangat Islam yang memandang kemerdekaan sebagai hak fitri setiap manusia, yang harus dijaga dan diisi dengan amal saleh.

Al-Qur’an menegaskan bahwa kemerdekaan hakikatnya adalah bebas dari segala bentuk penindasan dan perbudakan. Allah berfirman:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ ۚ أُولٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 19)

Ayat ini mengingatkan bahwa kemerdekaan sejati tidak hanya berarti bebas secara politik, tetapi juga bebas dari kelalaian terhadap Allah yang mengakibatkan hilangnya jati diri bangsa.

Pandangan Muhammadiyah tentang Kemerdekaan

Sejak berdiri pada 1912, Muhammadiyah memandang kemerdekaan sebagai bagian dari tujuan dakwah untuk memajukan bangsa. Dalam pandangan Muhammadiyah, kemerdekaan bangsa haruslah kaffah, artinya mencakup kebebasan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan moral. Kemerdekaan yang parsial akan meninggalkan celah penjajahan dalam bentuk baru, seperti kemiskinan, kebodohan, dan ketergantungan.

Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, menekankan bahwa kemerdekaan harus dibarengi dengan kemajuan akhlak dan ilmu pengetahuan. Tanpa itu, kemerdekaan hanya menjadi slogan tanpa substansi.

Kemerdekaan yang Kaffah Menurut Islam

Islam memandang kebebasan sebagai sarana untuk beribadah dan menegakkan kebenaran. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya; ia tidak menzaliminya dan tidak menyerahkannya kepada musuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan bahwa kemerdekaan juga berarti saling melindungi dari segala bentuk penindasan. Kemerdekaan yang kaffah adalah ketika umat saling menolong untuk membangun keadilan dan kesejahteraan.

Baca juga, Perbedaan Pandangan Bacaan Rakaat Ketiga dan Keempat Salat, Berikut Penjelasan Tarjih Muhammadiyah!

Tantangan Kemerdekaan Bangsa

Pasca kemerdekaan fisik tahun 1945, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengisi kemerdekaan. Penjajahan modern hadir dalam bentuk korupsi, kerusakan moral, ketimpangan ekonomi, dan ketergantungan pada pihak asing. Muhammadiyah memandang bahwa tugas umat Islam, khususnya kader persyarikatan, adalah memastikan kemerdekaan bangsa tidak tergadai oleh kepentingan yang merusak kedaulatan.

Pendidikan yang mencerahkan, pelayanan kesehatan yang merata, dan penguatan ekonomi umat menjadi tiga pilar penting yang terus digerakkan Muhammadiyah untuk menjaga kemerdekaan yang kaffah. Melalui ribuan sekolah, universitas, rumah sakit, dan program pemberdayaan, Muhammadiyah berupaya memastikan bahwa kemerdekaan memiliki makna nyata bagi rakyat.

Kemerdekaan dan Tanggung Jawab Spiritual

Kemerdekaan yang kaffah juga memerlukan pondasi spiritual yang kuat. Kebebasan yang tidak dibimbing iman hanya akan membawa kepada kerusakan moral dan krisis identitas. Dalam Islam, kemerdekaan selalu diiringi dengan tanggung jawab untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar.

Allah Swt. berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Ayat ini menjadi pengingat bahwa kemerdekaan adalah amanah untuk memimpin dalam kebaikan, bukan kebebasan tanpa arah.

Ikhtisar

Kemerdekaan yang kaffah, menurut Muhammadiyah, adalah kemerdekaan yang berlandaskan tauhid, berorientasi pada kemajuan peradaban, dan melindungi segenap warga bangsa dari segala bentuk penindasan. Perjuangan tidak berhenti pada proklamasi, tetapi terus berlanjut dalam membangun masyarakat yang berkeadilan, berilmu, dan berakhlak.

Dengan semangat Islam berkemajuan, Muhammadiyah mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjaga dan mengisi kemerdekaan secara utuh. Sebab, hanya dengan kemerdekaan yang kaffah, cita-cita bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dapat terwujud.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha