Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan dengan Semestinya
Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan dengan Semestinya
Oleh : Akmar Kholid S (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Purbalingga)
الْحَمْدُ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ . أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَلَّغَ الرِّسالةَ، وَأَدَّى الْأَمَانَةَ، وَنَصَحَ الأمَّةَ، وَجاهَدَ فِى اللهِ حَقَّ جِهادِهِ حَتَّى أَتَاهُ اليَقِينُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُم بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Ma’asyiral muslimin jama’ah jumu’ah rohimakumullah.
Hari ini segenap masyarakat Indonesia beramai-ramai mengibarkan bendera merah putih serta berbagai atribut dengan kombinasi warna merah dan putih. Jalan-jalan di kampung, gang-gang sempit di perkotaan, tampak meriah dengan aneka macam hiasan yang membuat suasana terasa berbeda dari hari-hari biasanya.
Ya karena hari ini masyarakat Indonesia tengah menyambut hari ulang tahun kemerdekaan bangsanya yang ke 79. Sebuah momen tahunan yang selalu disambut dengan penuh kebahagiaan.
Tidak dipungkiri bahwa kemerdekaan adalah satu dari sekian anugerah yang patut untuk disyukuri. Karena dengan kemerdekaan inilah rasa aman dapat kita rasakan. Rasulullah Saw. bersabda:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Siapa yang pagi hari dalam kondisi aman diri dan keluarganya, sehat raganya, dan dia punya bahan makanan cukup di hari itu, seolah-olah dunia telah dikumpulkan untuknya.” (HR. Turmudzi nomor 2346)
Sungguh ketiga nikmat itu hari ini dapat kita rasakan, yakni nikmat rasa aman, sehat badan dan ketersediaan makanan. Coba saudara bandingkan dengan kondisi masyarakat Gaza hari ini, apa yang terjadi di sana? Ketakutan, kesedihan, kelaparan bahkan kematian menjadi fenomena yang sehari-hari mereka rasakan. Allahul musta’an.
Ma’asyiral muslimin jama’ah jumu’ah rohimakumullah.
Bagaimana semestinya sikap seorang muslim dalam mensyukuri nikmat kemerdekaan? Pertama-tama perlu kita pahami apa hakikat syukur. Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Madarijus salikin jilid 2 halaman 244 menjelaskan:
الشُّكْرُ ظُهُورُ أَثَرِ نِعْمَةِ اللَّهِ عَلَى لِسَانِ عَبْدِهِ ثَنَاءً وَ اعْتِرَافًا، وَ عَلَى قَلْبِهِ شُهُودًا وَ مَحَبَّةً، وَ عَلَى جَوَارِحِهِ انْقِيَادًا وَ طَاعَةً.
“Syukur adalah menampakkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus Salikin, 2/244)
Dari tiga rukun syukur di atas maka dapat kita implementasikan dalam praktik ditengah-tengah masyarakat atas mensyukuri nikmat kemerdekaan. Sudahkah praktik syukur itu sejalan dengan tuntunan syariat?
Ma’asyiral muslimin sidang jum’ah yang dimuliakan Alloh
Mensyukuri nikmat kemerdekaan tidak membutuhkan modal dalam bentuk materi. Pun demikian mensyukuri nikmat kemerdekaan tidak harus diekspresikan dengan berbagai acara-acara seremonial sesaat yang kurang manfaat.
Saat kita mensyukuri nikmat kemerdekaan kita sedang mengakui atas nikmat pemberian Alloh. Namun disaat bersamaan kita juga sedang berterima kasih kepada para pejuang yang telah berjasa mengantarkan bangsa indonesia pada pintu gerbang kemerdekaan ini. Nabi SAW bersabda:
لا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لا يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak bersyukur kepada Allah, orang yang tidak berterimakasih kepada orang (lain)”.(HR. Ahmad, Abu Dawud)
Tentu saja ungkapan rasa terima kasih kepada para pejuang yang telah gugur dapat kita terjemahkan dalam bentuk doa-doa. Ungkapan rasa terima kasih itu juga dapat kita wujudkan dengan cara mempertahankan kemerdekaan dari berbagai macam bentuk penjajahan dan hegemoni, turut berkontribusi memajukan bangsa dengan karya nyata sesuai porsinya. Berkelanjutan dan terus menerus sepanjang hayat. Membuat bangga para pendahulu kita. bukan hanya euforia semu nan hampa dan tak mencerminkan sikap syukur nikmat yang sesungguhnya.
Jamaah sidang jum’ah a’azakumulloh
Melalui khutbah yang singkat ini kami hanya ingin menyampaikan pesan untuk menjadi bahan muhasabah agar momen sakral yang penuh makna ini tidak terbuang sia-sia. Baik waktu, pikiran, tenaga dan juga harta.
Hindari melakukan hal-hal yang justru kontraproduktif, semisal menghambur-hamburkan anggaran untuk hal-hal yang bersifat sesaat. Kegiatan perlombaan yang jauh dari nilai-nilai pendidikan dan semangat kemerdekaan. Jauhi kegiatan-kegiatan yang berpotensi mendatangkan madhorot dan terjatuh pada maksiat. Sungguh terlalu hina dan tak beretika, jika ekspresi syukur dan terima kasih itu berupa lelucon, guyonan dan adegan maksiat, beginikah cara membalas jasa para pejuang yang telah mengorbankan harta benda dan jiwa raganya untuk Indonesia?
Baca juga, Tidak Ada Paksaan dalam Beragama: Prinsip Toleransi dalam Islam
Betul, saat ini kemerdekaan sudah kita raih walhamdulillah, namun perjuangan untuk mewujudkan hakikat kemerdekaan yang seutuhnya masih terus kita perjuangkan.
Kemerdekaan bagi orang beriman adalah ketika kita bebas dari tekanan dalam menjalankan tuntunan agama, bebas dari perbudakan dan kedzoliman, Rib’i bin Amir berkata:
اِبْتَعَثْنَا لِنُخْرِجَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ اللَّهِ، وَمِنْ ضِيقِ الدُّنْيَا إِلَى سِعَتِهَا، وَمِنْ جَوْرِ الْأَدْيَانِ إِلَى عَدْلِ الْإِسْلَامِ
Kami diutus untuk mengeluarkan (membebaskan) manusia yang dikehendaki-Nya, dari peribadatan sesama hamba menuju peribadatan kepada Allah semata. Membebaskan manusia dari sempitnya dunia menuju luasnya akhirat. Membebaskan manusia dari kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam. (Ibnu Katsir dalam kitab Al Bidayah Wan Nihayah, jilid. 7, hal. 38)
Ma’asyiral muslimin hafidzokumulloh
Pertanyaanya sudahkah kemerdekaan itu kita raih seutuhnya? Untuk menjawabnya anda tidak perlu susah-susah memikirkannya. Masih hangat dalam ingatan dan pemberitaan, baru-baru ini masyarakat dibuat kaget dengan sebuah aturan yang dipelopori oleh BPIP yang melarang anggota Paskibraka putri mengenakan jilbabnya dengan alibi untuk keseragaman. Meskipun pada akhirnya aturan ini dicabut dan kembali diperbolehkan mengenakan jilbabnya.
Lihatlah dan buka fikiran anda, apa yang terjadi jika masyarakat diam tanpa menyampaikan protesnya? Bisa jadi ini adalah strategi “test the water”, akankankah masyarakat diam begitu saja atau sebaliknya.
Jama’ah kaum muslimin rohimakumullah
Inilah yang kami katakan di atas bahwa perjuangan untuk mewujudkan makna kemerdekaan yang sesungguhnya terus kita lakukan. Tingkatkan kewaspadaan dan kepedulian terhadap berbagai bentuk pelanggaran atas nama apapun.
Sebab setan dalam bentuk perilakunya senantiasa mengintai kita dari depan belakang dan kanan kiri kita.
ثُمَّ لَـَٔاتِیَنَّهُم مِّنۢ بَیۡنِ أَیۡدِیهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَیۡمَـٰنِهِمۡ وَعَن شَمَاۤىِٕلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَـٰكِرِینَ
kemudian pasti aku (setan) akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (Surat Al-A’raf: 17)
Bagi seorang muslim tidak ada waktu untuk berleha-leha. Otaknya selalu berfikir, raganya selalu bergerak menyemai kebaikan, dengan ibadah dan mua’malah, jiwanya selalu terhubung dengan al-khaliq, dengan zikir dan amalan-amalan qalbiyah. Tidak terlena dan tertipu dengan hiburan-hiburan yang kian merajalela.
أَفَحَسِبۡتُمۡ أَنَّمَا خَلَقۡنَـٰكُمۡ عَبَثࣰا وَأَنَّكُمۡ إِلَیۡنَا لَا تُرۡجَعُونَ
Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (Surat Al-Mu’minun: 115)
Ma’asyiral muslimin jamaah sidang jumat yang dimuliakan Alloh
Mari kita ekspresikan rasa syukur kita dengan tindakan nyata. Mensyukuri nikmat kemerdekaan dengan cara menjadi insan yang bertaqwa, menjalankan ajaran agama dengan sebaik-baiknya. Kerahkan segenap potensi kita untuk memajukan bangsa. Sudahi polemik antar anak bangsa. Fokuslah merajut persatuan atas nama bangsa dan negara. Sudahi terlena dengan hiburan-hiburan yang kerap menggoda. Disana ada ribuan orang di PHK, jutaan orang hidup dalam kemiskinan, anak-anak putus sekolah, namun disisi lain korupsi kian merajalela.
بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا ٱتَّقُوا ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ , يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إنَّك قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ اللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَاجْعَلْ فِي قُلُوبِهِمْ الْإِيمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ نَبِيِّك وَرَسُولِك. اللَّهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا انْدُونِيسْيَا سَالِمَةً مِنْ كَيْدِ أَعَادِئِكَ وَأَعَادِئِنَا وَاعْدَاءِ الِاسْلَامِ وَاعْدَاءِ الْمُسْلِمِينَ مِنْ دَاخِلِهَا وَمِنْ خَارِجِهَا, رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنيَا حَسَنَة وَفِي ٱلأخِرَةِ حَسَنَة وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Editor : M Taufiq Ulinuha