PWMJATENG.COM, Pangkalpinang – Suasana hening dan khusyuk menyelimuti Ballroom Swiss-Belhotel Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (17/10). Ratusan peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Guru dan Kepala Sekolah Muhammadiyah dari berbagai daerah di Indonesia larut dalam kekhidmatan saat mengikuti khutbah Jumat yang disampaikan oleh Pujiono, anggota Tim Fasilitator Program Koding dan Kecerdasan Artifisial Majelis Dikdasmen PNF Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekaligus anggota Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah.
Dalam khutbah bertema “Membuat Monumen Pahala”, Pujiono mengingatkan bahwa waktu merupakan modal utama kehidupan manusia. “Waktu itu adalah umur kita. Umur adalah modal untuk menghadap Allah. Semua akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat,” ujarnya membuka khutbah dengan nada tegas namun menyentuh hati jamaah.
Ia kemudian mengutip pesan bijak dari ulama besar, Al Hasan Al Bashri: “Hai manusia, sesungguhnya kamu hanyalah kumpulan hari. Bila satu harimu berlalu, maka sebagian dari dirimu telah hilang.”
Menurutnya, pesan ini sangat relevan bagi para guru dan pendidik Muhammadiyah. “Jangan sampai dua puluh tahun menjadi guru tapi tanpa nilai pahala. Kita mengajar, tapi lupa meniatkannya sebagai ibadah. Kita sibuk mendidik, tapi lalai menjadikannya jalan menuju ridha Allah,” ucapnya menggugah.
Mengusung pesan “Hidup sekali harus berarti dengan prasasti amal saleh”, Ustadz Pujiono menegaskan bahwa profesi guru bukan sekadar pekerjaan, melainkan misi kenabian. Ia mengutip sabda Rasulullah ﷺ yang menyebutkan ada tujuh amalan yang pahalanya terus mengalir meskipun seseorang telah meninggal dunia, salah satunya mengajarkan ilmu.
“Guru yang mengajarkan ilmu akan terus mendapat pahala setiap kali muridnya mengamalkannya. Itulah monumen pahala yang abadi — bukan dari batu atau patung, melainkan dari jiwa-jiwa yang tercerahkan,” katanya lantang disambut anggukan jamaah.
Ia mencontohkan, seorang guru yang mengajarkan anak membaca Al-Qur’an akan terus memperoleh pahala setiap kali muridnya membaca. Begitu pula guru yang menanamkan nilai kejujuran, akan mendapat ganjaran setiap kali muridnya berlaku jujur dalam kehidupannya.
Baca juga, EMT Muhammadiyah Resmi Terverifikasi: Jadi yang Pertama di Indonesia, Kado Milad ke-113 Muhammadiyah
Menjelang akhir khutbah, Pujiono mengajak para guru Muhammadiyah untuk menjadi pribadi yang cerdas, ikhlas, unggul (mumtaz), dan sesuai tuntunan syariat (pas) dalam memanfaatkan waktu. Ia memaparkan tiga langkah agar kehidupan seorang guru menjadi berkah dan penuh pahala.
Pertama, meniatkan setiap aktivitas sebagai ibadah. “Mengajar, menyiapkan RPP, membimbing siswa, bahkan menegur murid — semua bisa bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah,” jelasnya.
Kedua, melakukan amalan ringan berpahala besar. Ia menekankan pentingnya membiasakan zikir, salat sunah, Duha, tahajud, puasa, infak, senyum tulus kepada murid, berbagi ilmu, dan menolong sesama. “Semua itu bisa menjadi tabungan di akhirat,” ujarnya.
Ketiga, membuat monumen pahala. Menurutnya, setiap guru harus meninggalkan warisan ilmu, karya, tulisan, atau murid-murid yang saleh. “Itulah amal yang tidak pernah berhenti walau jasad telah dikubur,” katanya.
Ia menambahkan bahwa amal saleh lain yang bisa menjadi prasasti pahala antara lain mengalirkan air, membuat sumur, menanam pohon, mewariskan mushaf, membangun masjid, serta memiliki anak saleh yang senantiasa mendoakan orang tuanya.
“Insya Allah, jamaah semua termasuk orang-orang yang selamat di dunia dan akhirat,” tutupnya dengan suara bergetar penuh harap. Jamaah pun meninggalkan ruangan dengan wajah teduh, seolah tersadar bahwa setiap detik kehidupan adalah peluang untuk menorehkan monumen pahala yang tak lekang oleh waktu.
Kontributor : Pujiono
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
