Menguatkan Resiliensi Masyarakat dengan Ketangguhan Keluarga
PWMJATENG.COM – Bencana alam, baik itu gempa bumi, banjir, longsor, atau kebakaran hutan, adalah ancaman yang tidak bisa diprediksi waktunya. Indonesia, sebagai negara yang terletak di zona rawan bencana, memiliki pengalaman panjang dengan kejadian-kejadian bencana besar. Dalam menghadapi bencana, penting bagi masyarakat untuk memiliki resiliensi, yaitu kemampuan untuk bangkit kembali setelah peristiwa yang merusak. Namun, resiliensi ini tidak hanya bergantung pada upaya pemerintah atau lembaga non-pemerintah, melainkan juga pada ketangguhan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat.
Konsep Resiliensi dan Ketangguhan Keluarga
Resiliensi masyarakat terhadap bencana dapat dipahami sebagai kemampuan untuk mengatasi dan pulih kembali setelah terjadinya bencana. Sumber utama resiliensi ini berasal dari keluarga yang tangguh. Ketangguhan keluarga tidak hanya mencakup aspek fisik, seperti kesiapan menghadapi bencana, tetapi juga aspek emosional dan sosial. Keluarga yang tangguh dapat menghadapi tekanan psikologis akibat bencana dengan tetap menjaga ikatan sosial yang kuat serta memberikan dukungan emosional satu sama lain.
Menurut Andi Wijaya, seorang psikolog yang berfokus pada bencana dan trauma, ketangguhan keluarga sangat penting dalam membangun resiliensi masyarakat. “Keluarga adalah lini pertama dalam memberikan dukungan psikologis. Ketangguhan keluarga menjadi landasan bagi individu untuk bisa mengatasi trauma dan melanjutkan hidup setelah bencana,” ujarnya. Ketangguhan keluarga juga berkaitan erat dengan kemampuan untuk saling bekerja sama dalam mengelola risiko dan menjaga komunikasi dalam situasi darurat.
Pentingnya Pendidikan dan Persiapan Bencana dalam Keluarga
Pendidikan tentang kesiapsiagaan bencana perlu dimulai sejak dini, terutama di lingkungan keluarga. Keluarga yang mengetahui langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi bencana akan lebih siap dan mampu mengurangi risiko. Program-program kesiapsiagaan bencana yang melibatkan keluarga perlu diperkenalkan melalui berbagai cara, seperti simulasi evakuasi atau pelatihan pertolongan pertama. Sebagai contoh, keluarga dapat belajar untuk mengenali tanda-tanda awal bencana, seperti gempa atau banjir, dan mengetahui tempat-tempat aman yang bisa dijangkau dengan cepat.
Selain itu, setiap anggota keluarga juga perlu dilatih untuk memiliki peran masing-masing dalam menghadapi bencana. Sebagai contoh, anak-anak diajarkan untuk mengingat nomor darurat dan cara menggunakan alat pertolongan pertama, sementara orang dewasa bertanggung jawab dalam mempersiapkan peralatan darurat dan menyediakan stok pangan serta air. Hal ini penting untuk memastikan bahwa setiap anggota keluarga bisa saling membantu dan tidak ada yang terabaikan.
Ketangguhan Keluarga dalam Menghadapi Dampak Psikologis Bencana
Bencana tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga pada kesehatan mental masyarakat. Menurut Maria Siti, seorang psikiater yang juga terlibat dalam program pemulihan bencana, dampak psikologis akibat bencana seringkali jauh lebih lama dibandingkan dampak fisiknya. “Stres, kecemasan, dan trauma dapat mengganggu proses pemulihan. Keluarga yang memiliki ketangguhan psikologis akan lebih mampu mengatasi tekanan mental ini,” jelas Maria.
Baca juga, Keputusan Musypimwil Muhammadiyah Jateng Tahun 2024
Penting bagi keluarga untuk memiliki keterampilan dalam mendukung anggota keluarga yang mengalami trauma. Ini termasuk kemampuan untuk berbicara tentang pengalaman mereka secara terbuka, menyediakan lingkungan yang aman untuk berproses, dan tidak menghakimi perasaan atau emosi yang muncul. Keluarga yang saling mendengarkan dan memberi dukungan emosional akan menciptakan rasa aman yang sangat dibutuhkan dalam masa pemulihan.
Selain itu, keberlanjutan kehidupan sehari-hari juga penting dalam menjaga stabilitas psikologis. Keluarga yang tetap menjalankan rutinitas, seperti makan bersama atau beraktivitas bersama, dapat membantu individu merasa lebih stabil dan normal setelah bencana. Rutinitas ini memberikan rasa kontrol di tengah ketidakpastian yang ditimbulkan oleh bencana.
Membangun Ketangguhan Keluarga sebagai Upaya Meningkatkan Resiliensi Masyarakat
Ketangguhan keluarga dapat menjadi pilar utama dalam membangun ketangguhan masyarakat secara keseluruhan. Ketika setiap keluarga memiliki kesiapsiagaan yang baik, dapat mengelola risiko dengan bijaksana, dan mendukung satu sama lain dalam mengatasi dampak psikologis, maka seluruh komunitas akan lebih mampu bertahan dan pulih setelah bencana.
Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan peran aktif dari berbagai pihak, baik pemerintah, lembaga pendidikan, maupun masyarakat itu sendiri. Pemerintah harus menyediakan sumber daya dan informasi yang mudah diakses oleh keluarga mengenai cara-cara menghadapi bencana. Selain itu, pelatihan dan simulasi bencana yang melibatkan keluarga juga perlu digalakkan. Keluarga, di sisi lain, harus menyadari pentingnya memiliki kesiapsiagaan yang matang dan tidak hanya bergantung pada bantuan eksternal.
Ikhtisar
Ketangguhan keluarga merupakan aspek fundamental dalam menguatkan resiliensi masyarakat terhadap bencana. Keluarga yang siap, baik secara fisik maupun psikologis, akan mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul akibat bencana. Oleh karena itu, meningkatkan ketangguhan keluarga melalui pendidikan, persiapan, dan dukungan emosional sangat penting untuk memastikan pemulihan yang cepat dan berkelanjutan. Masyarakat yang tangguh dimulai dari keluarga yang kuat, dan keluarga yang tangguh dapat mengantarkan masyarakat pada ketahanan yang lebih baik dalam menghadapi bencana.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha