Menghadirkan Budaya Ramadhan di Luar Ramadhan
PWMJATENG.COM, KENDAL – Indahnya Ramadhan baru berlalu, hilang ditelan tenggelamnya sang matahari, berganti hilal, dan sekejap suara takbir, tahlil dan tahmid menggema seantero tanah air dan di sebagian belahan dunia. Ke tiga kalimat suci itu merasuk ke dalam sukma setiap insan mukmin berbalut rasa syukur kepada sang khaliq karena ibadah Ramadhan tahun itu telah tuntas. Tidak ada harapan lain yang ingin digapai, kecuali mendapatkan predikat muttaqien, sebuah pangkat yang ingin disandang sampai hembusan nafas terakhir, karena di bulan yang mubarraq itu banyak kenangan manis bernilai ibadah. Dengan berakhirnya bulan suci Ramadhan yang dihiasi keikhsanan, mampukah kita mengulang lagi budaya – budaya kemaslahatan individu maupun untuk keumatan itu di luar shahru Ramadhan ?. Jika masjid – masjid di bulan puasa semarak tidak hanya sholat jamaah, tetapi juga takjil gratis mengalir deras. Jika Ramadhan kepedulian kita sungguh terawat dengan baik, tidak pernah putus kedermawannya, maka apakah di luar Ramadhan kita masih eksis, meningkatkan kepedulian sesama. Ketika hari raya kita bersuka cita, merayakannya dengan limpahan rizki, tetapi di belahan bumi yang lain, seperti di Rohingnya yang sekarang masih dalam cengkrama rezim yang dholim, padahal mereka seaqidah dengan kita. Saatnya kita melangkah di luar Ramadhan dengan tetap menghadirkan tradisi – tradisi, budaya di bulan suci dengan meningkatkan kepedulian sesama.
Demikian petikan khutbah Iedul Fitri 1439 H oleh ketua Lazismu PDM Kendal, H. Sutiyono, BA di lapangan sepak bola Ngadibolo, Boja, Kendal. Di hadapan jamaah beliau menyampaikan kondisi di bebarapa negara yang berpenduduk muslim, sebut saja Syiria, Somalia, dan Palestina tetapi memprihatinkan.
“ Di Syiria dalam suasana konflik, di Somalia masih dalam kekeringan/kelaparan yang panjang, di Palestina saudara – saudara kita lebih mementingkan kota suci ummat Islam, Masjidil Aqsa dari cengkeraan zionis Israel. Dua juta saudara kita menafikan ekonomi keluarga bahkan nyawa mereka sendiri demi mempertahankan marwah negeri para Nabi, bumi Palestina “ katanya.
Sedangkan kondisi di tanah air dengan tanahnya yang subur, Komisaris BMT Bismillah tersebut mengungkapkan tidak sebanding lurus dengan kesejahteraan rakyatnya.
“ Kesuburan bumi indonesia tercinta, kandungan sumberdaya alam di zamrud katulistiwa, dari perut bumi menghasilkan aneka tambang, emas, perak, tembaga juga minyak bumi. Dari permukaan menghasilkan minyak sawit, minyak atsiri, jeruk, jambu, apokat, dan masih sederet buah buahan tropis, namun syahdan lebih 70 tahun merdeka, kesuburan tanah Indonesia tidak sebanding lurus dengan kesejahteraan rakyat. Di Jawa Tengah saja masih lebih 14 juta penduduknya miskin “
Di bagian akhir Sutiyono mengajak kepada jamaah untuk mensyukuri iedul fitri yang kita rayakan.
“ Mari kita kembali semakin bersyukur atas anugerah Indonesia. Jika selama Ramadhan mampu menahan diri dari yang halal, di waktu lain mari kita juga bisa menahan keinginan yang berlebihan demi kepentingan yang lebih utama. Jika Khalifah Umar bin Khatab mengindari 90 % dari yang halal untuk tidak jatuh pada yang subhat, mari bersama – sama untuk mensyukuri apa yang ada “
Khutbah Iedul Fitri di tanah lapang tersebut di awali dengan sholat berjamaah dengan imam Ustadz Basith. ( A. Ghofur/MPI Kendal )