Khazanah Islam

Menepis Mitos Malam 1 Suro: Memaknai Bulan Muharram dengan Keimanan yang Murni

PWMJATENG.COM – Bulan Muharram, yang juga dikenal sebagai Suro dalam tradisi masyarakat Jawa, merupakan salah satu bulan mulia dalam Islam. Berdasarkan Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT), 1 Muharram 1446 H jatuh pada hari Ahad, 7 Juli 2024. Momentum ini menjadi pengingat penting bagi umat Islam untuk meningkatkan kualitas keimanan dan amal ibadah.

Muharram termasuk dalam kategori asyhurul hurum atau bulan-bulan haram (suci), di mana umat Islam dianjurkan menjauhi perbuatan zalim dan memperbanyak amal saleh. Di bulan ini, terdapat dua hari istimewa, yakni Tasua (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram). Kedua hari tersebut memiliki nilai spiritual yang tinggi dalam sejarah Islam.

Bulan Muharram juga mencatat sejumlah peristiwa penting yang menjadi pelajaran berharga bagi umat. Di antaranya adalah selamatnya Nabi Musa ‘alaihissalam dari kejaran Fir’aun, mendaratnya kapal Nabi Nuh ‘alaihissalam pascabanjir besar, serta keluarnya Nabi Yunus ‘alaihissalam dari perut ikan. Semua peristiwa ini menunjukkan tanda-tanda kekuasaan dan rahmat Allah SWT kepada para nabi-Nya.

Namun, dalam konteks budaya lokal, terutama di Pulau Jawa, malam 1 Suro sering kali dipenuhi dengan mitos dan kepercayaan turun-temurun yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Beberapa kepercayaan itu melarang aktivitas keluar rumah, pindahan, pembangunan rumah, atau melangsungkan pernikahan pada malam tersebut. Masyarakat meyakini bahwa hari itu membawa sial, padahal kepercayaan tersebut tidak memiliki dasar ilmiah maupun dalil syar’i.

Baca juga, Hijrah Bukan Sekadar Pindah: Menyambut Tahun Baru Islam dengan Transformasi Diri

Dalam ilmu akidah, kepercayaan seperti itu disebut tathayyur, yang berarti mengaitkan suatu peristiwa atau tindakan dengan hal-hal yang tidak logis atau tidak memiliki dasar yang jelas. Istilah ini secara etimologis berasal dari kebiasaan masyarakat Arab dahulu yang menafsirkan nasib baik atau buruk dari arah terbang burung. Dalam Islam, tathayyur dikategorikan sebagai bentuk takhayul dan termasuk dalam hal yang harus dihindari.

Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ghoffar Ismail, menegaskan bahwa Muhammadiyah dengan tegas menolak kepercayaan terhadap mitos-mitos yang tidak memiliki dasar syariat maupun logika. Ia menyebutkan bahwa mitos-mitos tersebut termasuk dalam tathayyur, takhayul, dan khurafat. Apabila diyakini secara berlebihan, hal itu dapat menyeret kepada syirik, yakni menyekutukan Allah, yang menjadi pelanggaran besar dalam akidah Islam.

Meski demikian, pendekatan dalam meluruskan pemahaman masyarakat tidak boleh dilakukan secara konfrontatif. Dakwah harus disampaikan dengan cara yang bijak, penuh hikmah, serta melalui nasihat yang baik. Jika diperlukan perdebatan atau diskusi, maka harus dilakukan dengan cara yang santun dan beradab, sebagaimana ajaran dalam Al-Qur’an tentang mujadalah bil ma’ruf.

Melalui pendekatan tersebut, diharapkan umat Islam dapat memahami dan menghayati makna sejati Bulan Muharram tanpa terjebak pada mitos dan keyakinan keliru. Justru sebaliknya, Muharram sepatutnya menjadi momentum untuk memperkuat ibadah, memperbaiki diri, dan mengokohkan tauhid sebagai fondasi utama kehidupan beragama.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE