
PWMJATENG.COM, Surakarta – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Muhammad Abduh Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (FAI UMS) sukses menggelar Masa Ta’aruf (MASTA) pada Kamis–Jumat, 21–22 Agustus 2025. Acara yang diikuti mahasiswa baru ini mengusung tema “Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai Pilar Dakwah Islam di Tengah Krisis Moral dan Krisis Intelektual.”
Ketua panitia, Abdussalam Mutqinnuddin, menegaskan bahwa MASTA IMM tidak bisa dipandang sebagai sekadar rutinitas perkenalan. Ia menilai kegiatan ini menjadi gerbang utama bagi mahasiswa baru untuk memahami nilai perjuangan IMM. “Seorang mahasiswa tidak boleh hanya menjadi penonton sejarah, tapi harus hadir sebagai aktor perubahan,” ujarnya, Kamis (28/8).
Kesuksesan acara semakin lengkap dengan hadirnya Dekan FAI UMS Mohammad Ali, Wakil Dekan I Alifiyatul Azizah, Wakil Dekan II Istanto, Wakil Dekan III Fauzul Hanif Noor Athief, serta perwakilan Pimpinan Cabang IMM Sukoharjo, Muhammad Ikbar Rozaqi. Kehadiran mereka menjadi bentuk dukungan penuh terhadap pembinaan kader IMM di kampus.
Abdussalam menambahkan, tema yang dipilih panitia merupakan respons atas problem mahasiswa saat ini. Menurutnya, mahasiswa FAI UMS harus melek terhadap isu yang berkembang di tengah masyarakat. Dengan begitu, IMM mampu menjadi benteng moral dan intelektual bagi generasi muda Islam.
Sementara itu, Ketua Umum IMM FAI, Naura Zukhrufana Muttatiar, mengingatkan para mahasiswa baru bahwa status sebagai mahasiswa juga berarti siap berjuang. Ia mengutip pesan tokoh bangsa Sutan Syahrir, “Hidup yang tidak diperjuangkan tidak akan dimenangkan.”
Baca juga, Allah Menyayangi Orang yang Istiqomah
Dekan FAI UMS, Mohammad Ali, dalam sambutannya mengajak peserta MASTA untuk menghidupkan Trikoda IMM yang meliputi religiusitas, intelektualitas, dan humanitas. Menurutnya, tiga nilai ini harus ditumbuhkan agar mahasiswa tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga matang secara moral serta peka terhadap persoalan kemanusiaan.
Tidak hanya menyajikan materi, MASTA IMM FAI UMS 2025 juga dikemas dengan beragam kegiatan menarik. Agenda seperti Masta Ceria, IMM Zone, outbound, Focus Group Discussion (FGD), hingga aktivitas kebersamaan lainnya membuat suasana jauh dari kesan kaku. Para peserta terlihat antusias mengikuti rangkaian acara dari awal hingga akhir.

Ahya Nur Hanifah, salah satu peserta MASTA, mengaku terkejut dengan konsep acara. “Menurutku gokil, gacor, dan seru abis. Awalnya aku kira MASTA IMM itu menakutkan karena katanya full materi. Eh ternyata enggak! Ada outbound, ada seru-seruan, dan materinya juga OK banget,” ucapnya dengan penuh semangat.
Ia menjelaskan bahwa dalam FGD, para peserta diajak untuk berdiskusi dan berpikir kritis. Menurutnya, kegiatan itu memberi pengalaman baru karena mahasiswa tidak hanya duduk mendengarkan, melainkan turut aktif memberi pandangan. “MASTA IMM ini bukan sekadar formalitas prasyarat wisuda, tapi wadah untuk bertumbuh bersama dan menyiapkan diri menjadi pilar dakwah,” tuturnya.
Ahya pun menyampaikan apresiasi kepada panitia atas keberhasilan penyelenggaraan kegiatan. Ia menilai acara tersebut berjalan sukses dan membanggakan karena mampu menghadirkan semangat kebersamaan di kalangan mahasiswa baru.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha