Makna 30 Bulan dalam Al-Qur’an: Peran Ibu dalam Pendidikan Anak Sejak Kandungan

PWMJATENG.COM – Pembahasan mengenai masa kehamilan dan menyusui anak sering kali menjadi bahan kajian dalam tafsir Al-Qur’an. Dalam sebuah tausiyah, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Jumari, menyinggung pentingnya memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang masa mengandung dan menyapih anak. Menurutnya, pemahaman yang benar terhadap ayat ini tidak hanya berkaitan dengan kesehatan, tetapi juga menyangkut pendidikan anak sejak dini.

Tafsir 30 Bulan dalam Al-Qur’an

Dalam Surah Al-Ahqaf ayat 15, Allah berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا

Artinya: “Kami wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam tiga puluh bulan.”

Ayat ini menyebutkan bahwa masa mengandung hingga menyapih anak adalah 30 bulan. Namun, di ayat lain, yakni Surah Al-Baqarah ayat 233, ditegaskan bahwa masa menyusui sempurna adalah dua tahun penuh. Demikian pula dalam Surah Luqman ayat 14 yang berbunyi:

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ

Artinya: “Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.”

Dari sini muncul pertanyaan, bagaimana mungkin jika masa menyusui dua tahun atau 24 bulan, sementara masa total dari mengandung hingga menyapih disebutkan 30 bulan? Jumari menjelaskan bahwa tafsir ulama menyebutkan ada kemungkinan seorang ibu melahirkan anak setelah mengandung selama enam bulan. Dengan begitu, jika ditambah masa menyusui dua tahun, totalnya menjadi 30 bulan.

Secara medis, hal ini bukan sesuatu yang mustahil. Para dokter juga menyebutkan bahwa bayi dengan usia kandungan enam bulan bisa lahir dan memiliki kemungkinan hidup, meskipun dengan kondisi tertentu. Dengan demikian, Al-Qur’an tidak bertentangan dengan realitas medis, melainkan memberikan batas minimal masa kehamilan dan menyusui.

Peran Ibu dalam Pendidikan Anak

Lebih jauh, Jumari menekankan bahwa ayat ini tidak hanya berbicara tentang waktu biologis semata, melainkan juga mengisyaratkan pentingnya peran ibu dalam pendidikan anak. Menurutnya, selama 30 bulan pertama kehidupan, ibu memiliki peran dominan dalam memberikan pendidikan awal kepada anak.

Al-Qur’an menyebutkan secara khusus peran ibu dalam mengandung, melahirkan, dan menyusui, meskipun perintah berbakti ditujukan kepada kedua orang tua. Hal ini menunjukkan betapa besar kontribusi ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

Baca juga, Pentingnya Para Pemimpin Memahami Kaidah Dar’ul Mafasid Muqaddamun ‘Ala Jalbil Mashalih dalam Setiap Pengambilan Kebijakan

Dalam tausiyahnya, Jumari menyebutkan sebuah ungkapan populer: “Mendidik seorang laki-laki hanya mendidik satu orang, tetapi mendidik seorang ibu sama dengan mendidik banyak orang.” Ungkapan ini menggambarkan bahwa kualitas seorang ibu akan sangat menentukan arah pendidikan anak-anaknya.

Pendidikan Pertama dari Seorang Ibu

Kontak pertama seorang anak dengan dunia luar adalah melalui ibunya. Mulai dari masa kandungan, persalinan, hingga masa menyusui, ibu menjadi sosok yang paling berperan dalam membentuk karakter awal seorang anak. Oleh sebab itu, pendidikan pertama seorang anak sebenarnya dimulai dari seorang ibu.

Jumari menegaskan, seorang ibu memiliki tugas besar, yaitu mendewasakan anak. Hal ini selaras dengan pesan Al-Qur’an yang sangat menghargai peran perempuan dalam mendidik generasi. Menurutnya, seorang ibu tidak boleh bersikap sembarangan atau menyepelekan peran tersebut. Menjadi ibu adalah amanah besar yang akan menentukan masa depan anak-anaknya.

Puncak Kedewasaan pada Usia 40 Tahun

Menariknya, ayat 15 Surah Al-Ahqaf tidak berhenti pada masa menyusui, tetapi juga melanjutkan pembahasan hingga anak mencapai usia 40 tahun. Allah berfirman:

حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي

Artinya: “Hingga apabila dia telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa: ‘Ya Tuhanku, tunjukilah aku agar dapat mensyukuri nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat beramal saleh yang Engkau ridhai, serta berilah kebaikan kepadaku dalam keturunanku.”

Ayat ini menekankan tiga hal penting bagi seorang manusia yang telah mencapai puncak kedewasaan, yaitu bersyukur kepada Allah, beramal saleh, dan berusaha agar kebaikan mengalir kepada anak-anaknya.

Menurut Jumari, doa tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua dalam mengalirkan kebaikan kepada keturunannya. Prinsipnya, seseorang yang tidak memiliki kebaikan tidak mungkin bisa menularkannya. Oleh karena itu, orang tua dituntut untuk selalu berusaha menjadi baik agar kebaikan itu dapat diwariskan kepada anak-anaknya.

Refleksi untuk Orang Tua Masa Kini

Pesan dari ayat ini sangat relevan untuk orang tua di era modern. Meskipun teknologi dan gaya hidup terus berubah, peran seorang ibu tetap tidak tergantikan dalam mendidik anak sejak dini. Begitu pula ayah, meskipun disebut secara umum, memiliki tanggung jawab untuk mendukung peran besar seorang ibu.

Dengan memahami makna 30 bulan dalam Al-Qur’an, orang tua diingatkan bahwa pendidikan anak tidak dimulai dari sekolah, melainkan sejak dalam kandungan. Kesabaran seorang ibu dalam mengandung, melahirkan, dan menyusui adalah bentuk pendidikan pertama yang kelak menjadi fondasi kehidupan seorang anak.

Kontributor : Winda Friska N
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha