PWMJATENG.COM, Banyumas – Kelompok Industri Rumah Tangga (IRT) Criping Singkong di Desa Suro, Kecamatan Kalibagor, kini semakin maju berkat intervensi teknologi dan pemasaran digital yang diperkenalkan oleh tim pengabdian masyarakat dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Program bertajuk “Pengembangan Usaha Kelompok IRT Criping Singkong melalui Intervensi Teknologi Tepat Guna Berbasis Digital Economy” ini berhasil meningkatkan produksi dan omzet kelompok tersebut.
Ketua tim pengabdian, Ratna Kartika Wati menjelaskan bahwa tujuan utama program ini adalah untuk membantu kelompok IRT Criping Singkong menghadapi berbagai kendala, seperti kualitas produk yang tidak konsisten dan pemasaran yang masih terbatas. Program ini difokuskan pada dua hal penting: transfer teknologi tepat guna dan pemasaran digital.
“Kami memperkenalkan alat-alat seperti slicer, cooper, pengaduk bumbu, alat pengemasan, dan kompor bertekanan tinggi. Hasilnya, kualitas dan kuantitas produksi criping singkong di kelompok ini meningkat secara signifikan,” ujar Ratna, Kamis (26/9/2024).
Fajar Apriana, Ketua Kelompok IRT Criping Singkong, menceritakan bahwa sebelum adanya program ini, produksi mereka masih manual, sehingga kualitas produk kurang stabil dan kemasan masih sederhana. “Kami kesulitan memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan alat. Namun, setelah mendapatkan teknologi dan pelatihan, produksi kami meningkat dan kualitas produk jauh lebih baik,” kata Fajar.
Baca juga, Pemimpin yang Suul Khuluq: Bahaya Bagi Umat dan Bangsa
Tak hanya meningkatkan produksi, tim pengabdian UMP juga memberikan pelatihan pemasaran digital. Para anggota kelompok diajari cara membuat konten promosi untuk media sosial dan menggunakan platform e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee. Fajar mengungkapkan bahwa pelatihan ini membuka peluang bagi mereka untuk menjangkau pasar yang lebih luas. “Sekarang kami bisa menjual produk secara online, tidak hanya bergantung pada pasar tradisional,” tambahnya.
Inovasi juga menjadi salah satu dampak besar dari program ini. Selain criping singkong, kelompok IRT Desa Suro kini menawarkan varian rasa baru, memanfaatkan kulit singkong untuk olahan lain, hingga menggunakan minyak bekas untuk membuat lilin aroma terapi. Diversifikasi produk ini diharapkan dapat menambah nilai jual dan meningkatkan daya saing di pasar yang lebih kompetitif.
Dukungan teknologi dan pemasaran digital juga berhasil meningkatkan omzet kelompok secara signifikan. Menurut Fajar, program ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi anggota kelompok IRT, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar yang sebelumnya terpaksa berhenti berusaha akibat kurangnya daya saing produk.
Ratna berharap, program ini bisa menjadi model pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan dan diterapkan di daerah lain. “Kami ingin program ini memberikan dampak jangka panjang, bukan hanya bagi Desa Suro, tetapi juga bagi daerah lain yang memiliki potensi serupa,” jelasnya.
Program pengabdian ini juga didukung oleh Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Keberhasilan program ini diharapkan menjadi contoh bagi pengembangan usaha kecil di berbagai wilayah Indonesia.
Editor : M Taufiq Ulinuha