Lintal Muna : Muballighat Aisyiyah Ujung Tombak Penyebaran Islam Yang Mencerahkan Dan Berkemajuan.
PWMJATENG.COM, Mungkid – Muballighat Aisyiyah memiliki peran strategis dalam persyarikatan, karena Muballighat sebagai ujung tombak penyebaran Islam yang mencerahkan dan berkemajuan.
Hal tersebut disampaikan oleh Hj. Lintal Muna, S.Ag, M.Ag Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Jawa Tengah di Panti Asuhan Putri ‘Aisyiyah Batikan Pabelan Mungkid Magelang pada Sabtu (20/10/2018) Dalam kegiatan Pelatihan Muballighat ‘Aisyiyah se Kabupaten Magelang.
“Selain itu muballighat Aisyiyah juga sebagai anak panah persyarikatan karena dengan keberadaanya visi dan misi persyarikatan akan tersosialisasikan dan terwujud menjadi realitas dalam kehidupan,” ungkap Lintal Muna dihadapan peserta Pelatihan Muballighat.
Saat dihubungi di Mungkid Lintal Muna mengatakan bahwa Di Era Milenial ini Muballighat Aisyiyah menghadapi masyarakat yang demikian komplek permasalahannya. Seorang Muballighat harus memiliki kemauan kuat untuk menyesuaikan tuntutan masyarakat dengan tanpa meninggalkan prinsip ajaran Islam. Oleh karena itu kompetensi seorang Muballighat Aisyiyah harus selalu ditingkatkan.
Pada kesempatan tersebut Lintal Muna menyampaikan materi Profile Muballighat dan Teknik Berpidato. Dalam paparannya dijelaskan bahwa seorang Muballighat ‘Aisyiyah harus memiliki kapabilitas diantaranya yaitu :
- Memiliki pemahaman Islam yang berkemajuan. (ilmu yang selalu meningkat dan bertambah, tanpa merasa lelah untuk mencari )
- Pengalaman/praktek mengamalkan (senantiasa berusaha memberi, mengamalkan ilmunya kepada orang lain yang membutuhkan.
- Memiliki mental yang kuat ; hati yang istiqomah, teguh pendirian, gigih, sabar, syukur
- Memiliki kemampuan mengatur kehidupan bagi dirinya,dan keluarganya.
untuk mewujudkan karakteristik Muballighat ‘Aisyiyah tersebut, Muballighat ‘Aisyiyah harus mempunyai semangat mencari, menekuni dan menggali ilmu serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Aktif dan terlibat dalam kepemimpinan gerakan Aisyiyah, dan bergaul dengan para ulama, cendekiawan dan tokoh masyarakat. (noer)