Legalitas Tanpa Legitimasi: Hampa, Rapuh, dan Palsu

Legalitas Tanpa Legitimasi: Hampa, Rapuh, dan Palsu
Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)
PWMJATENG.COM – Di tengah hiruk-pikuk kepentingan yang semakin bising, manusia kerap melupakan perenungan. Sesungguhnya, kerusakan yang terjadi dalam kehidupan bukan semata karena kekurangan hukum atau aturan, melainkan hilangnya nurani dalam menjalankannya. Ketidakadilan, ketidakjujuran, dan kemegahan yang berlebihan menjadi racun yang perlahan menggerogoti sendi-sendi kehidupan bersama.
Sistem hukum dapat dibentuk, undang-undang bisa disusun, bahkan lembaga demi lembaga dapat didirikan. Namun, selama nilai moral tidak dijunjung tinggi, selama keadilan hanya menjadi slogan, dan selama kebenaran mudah diperdagangkan oleh kekuasaan, maka perdamaian hanya sebatas fatamorgana. Banyak orang berpegang pada legalitas yang belum sempurna, memberi ruang bagi pembenaran diri. Padahal, substansi persoalan sesungguhnya terletak pada nilai-nilai etik dan moral yang dilanggar. Di sinilah legitimasi menjadi ukuran utama, bukan sekadar legalitas. Sebab, legalitas tanpa legitimasi hanyalah hampa dan rapuh.
Kini saatnya kembali pada hakikat. Kejujuran harus dihidupkan sebagai dasar dari setiap langkah. Kasih sayang perlu ditumbuhkan sebagai energi dalam setiap keputusan. Amanah wajib dijadikan landasan dalam memegang kekuasaan maupun menjalankan tanggung jawab.
Baca juga, Ribuan Peserta Meriahkan Fun Run MuFest 2025, Sekda Jateng Puji Muhammadiyah
Kehidupan yang penuh keberkahan tidak dibangun dari kepentingan pribadi, tetapi dari ketulusan memberi. Ia juga tidak lahir dari ketakutan akan hukuman, melainkan dari kesadaran spiritual dan sosial. Hal ini sejalan dengan janji Allah dalam firman-Nya:
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (QS. Al-A’raf: 96)
Ayat tersebut menegaskan bahwa keberkahan akan tercurah jika manusia hidup dalam iman dan takwa.
Oleh karena itu, mari kita menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar pengamat yang hanya mengeluh. Jadilah cahaya di tengah kegelapan, serta suara kebenaran di tengah hiruk-pikuk kepalsuan. Dunia akan berubah ketika hati manusia turut berubah.
Sudah saatnya kita menjalani hidup dengan penuh kesadaran, kejujuran, dan cinta. Dengan cara itu, kehidupan yang lebih damai dan bermakna akan terwujud. Wallahu a‘lam.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha