Kuatkan Kompetensi Muballigh, IMM Solo Undang Kiai Cepu sebagai Narasumber Workshop
PWMJATENG.COM, Surakarta – Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman bersama Korps Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah (KMM) PC IMM Kota Surakarta mengadakan Workshop Penguatan Kompetensi Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah. Acara berlangsung di Ruang J. Seminar FKI Kampus II Universitas Muhammadiyah Surakarta pada Sabtu, 8 Juni 2024, mulai pukul 09.00 hingga bakda ashar. Workshop ini merupakan tindak lanjut dari Pelatihan Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah (PM3) yang diadakan pada Februari lalu.
Sandya Mahendra, Ketua Panitia, menyatakan tujuan diadakannya workshop ini. “Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi muballigh dalam kemampuan berdakwah. Sehingga para peserta mampu memainkan peran sebagai muballigh IMM dengan pilar Al Islam dan Kemuhammadiyahan, Pilar Intelektual, serta Pilar Kemasjidan dan Kemasyarakatan,” ujarnya.
Peserta workshop ini melibatkan Ketua Bidang Tabligh Komisariat se-Cabang Surakarta serta beberapa tamu undangan seperti Alumni PM3 tahun 2024, Pejuang Masjid UMS, serta Bidang Tabligh dan KMM PC IMM Sukoharjo.
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Kiai Kusen, Wakil Ketua LSB PP Muhammadiyah dan Instruktur Nasional MPKSDI PP Muhammadiyah, yang akrab dipanggil Kiai Cepu. Ia menjadi pemateri tunggal dalam workshop ini. Pada sesi pertama, Kiai Cepu menyampaikan materi mengenai “Filsafat Dakwah & Ruang Lingkup Dakwah di Muhammadiyah” dengan inti bahasan (1) Identitas dan Gerakan Dakwah Islam Berkemajuan; (2) Paradigma Dakwah secara Filosofis; dan (3) Psikologi & Sosiologi Dakwah di Masyarakat. Dengan materi ini, para muballigh diharapkan mampu memahami dan menjelaskan nilai-nilai dakwah Muhammadiyah secara filosofis dan sosiologis serta menerapkannya dalam kehidupan sosial dan menghadapi tantangan masa depan.
Baca juga, Iduladha Berbeda Lagi! Ini Penjelasan Muhammadiyah Terkait Perbedaan dengan Arab Saudi
Kiai Cepu mengajak para kader muballigh untuk berpikir kritis dan analitik mengenai konsep dakwah secara filosofis serta persoalan-persoalan riil yang terjadi di persyarikatan maupun masyarakat. Ia menegaskan bahwa dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim yang ingin masuk surga. “Jika tidak berdakwah, maka ia akan dikenai sanksi masuk neraka,” tegasnya, merujuk pada intisari Surah Al-Ma’un.
Lebih lanjut, Kiai Cepu menyoroti persoalan dan tantangan dakwah di Muhammadiyah yang dianggapnya cenderung tekstual dan konservatif. “Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah, dan tajdid seharusnya mampu menggerakkan dakwah dari teks menuju konteks, dari ayat menuju realitas,” jelasnya. Ini menjadi refleksi bagi para kader bahwa KH Ahmad Dahlan dahulu menekankan pentingnya pengamalan intisari Surah Al-Ma’un.
Pada sesi kedua, peserta workshop difasilitasi untuk menyampaikan problematika di internal komisariat masing-masing. Kiai Cepu dengan sabar menjawab dan memberikan solusi-solusi praktis. Beberapa peserta mengeluhkan bahwa dakwah Muhammadiyah kalah populer dibanding organisasi atau komunitas lain. Kiai Cepu menekankan pentingnya kompetensi dalam berdakwah, termasuk pemahaman filsafat, kemampuan berlogika, ushul fiqh, dan metodologi dakwah.
Penyampaian materi oleh Kiai Cepu memberikan inspirasi bagi para peserta workshop. Mereka merasa lebih terbuka pikirannya mengenai persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat dengan solusi melalui pendekatan-pendekatan yang lebih segar dan baru. Di akhir acara, workshop ini diharapkan mampu melahirkan konsep pendekatan dakwah baru di tataran PC IMM Kota Surakarta, sehingga dapat mencetak kader muballigh yang kompeten dan mampu berdakwah lintas agama, komunitas, dan kebudayaan.
Kontributor : Sandya Mahendra
Editor : M Taufiq Ulinuha