Khutbah Jumat: Tahun Baru Hijriyah sebagai Momentum Refleksi Diri dan Bangsa

Khutbah Jumat: Tahun Baru Hijriyah sebagai Momentum Refleksi Diri dan Bangsa

Oleh: Pujiono (Pimpinan PonpesMu Manafi’ul Ulum Sambi, Boyolali)

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَاخْتِلَافَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ:

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Hari ini kita berada di gerbang tahun baru Islam, 1 Muharram 1447 Hijriyah. Namun, ini bukan sekadar pergantian kalender atau rutinitas tahunan. Ini adalah momen refleksi spiritual dan sosial, yang mengajukan pertanyaan mendasar: Sudahkah kita menjadi pribadi dan bangsa yang lebih dewasa?

Terutama bagi para pemimpin umat dan bangsa, sudahkah kita menyadari bahwa masa kepemimpinan yang diamanahkan terus berkurang hari demi hari? Apakah waktu yang bergulir ini telah menjadikan kita insan yang lebih bertakwa?

Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-‘Ashr:

وَالْعَصْرِ ۝ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ۝ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (QS. Al-‘Ashr: 1–3)

Tahun baru sejatinya bukan penambahan umur, tetapi pengurangan jatah hidup. Oleh karena itu, orang yang cerdas akan menjadikan momentum ini sebagai muhasabah. Hidup hanya sekali, maka harus berarti. Menjabat hanya sebentar, maka harus meninggalkan warisan kebaikan untuk dunia dan akhirat.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوْتِ…”

“Orang cerdas adalah yang menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati.” (HR. Tirmidzi)

Jamaah yang dirahmati Allah,

Kita melihat kondisi bangsa dan dunia saat ini tengah dirundung berbagai krisis: moralitas yang merosot, ekonomi yang terpuruk, pendidikan yang lemah, serta akhlak dan nilai agama yang semakin terkikis akibat pengaruh teknologi yang tidak terbendung—seperti dunia tanpa otak (world without mind).

Baca juga, Kalender Hijriah Global Tunggal

Lebih mengkhawatirkan lagi, hilangnya cita-cita dari kehidupan sebagian besar umat. Banyak orang hidup tanpa arah, sibuk dengan scrolling Android tanpa visi. Seakan-akan menjadi mayat hidup yang menunggu dikubur, hidup tanpa makna.

Hijrah adalah transformasi. Ia bukan sekadar perpindahan fisik, tapi perubahan spiritual dan intelektual. Dari lemah menjadi kuat. Dari gelap menuju cahaya. Dari pasrah menjadi pejuang.

Maka mari kita jadikan Tahun Baru Hijriyah ini sebagai titik tolak untuk memperbaiki diri, keluarga, dan masyarakat. Bangsa yang kehilangan cita-cita hanya akan menjadi budak sejarah.

Bangkitlah! Sadar dan berjuanglah menuju peradaban yang berkemajuan.

بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا…

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Tahun Baru Hijriyah bukan hanya soal mengganti kalender, melainkan mengganti semangat. Hijrah bukan romantisme sejarah, melainkan agenda hidup kekinian.

Waktu tidak hanya berjalan, tetapi juga menguji kesetiaan kita kepada Allah. Gunakan waktu ini untuk menjadi mukmin sejati: yang memiliki cita-cita besar, semangat juang tinggi, dan amal nyata yang terus meningkat.

Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-A’raf ayat 34:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ، فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”

Gunakan waktu dengan iman dan amal. Karena siapa pun yang tak punya cita-cita, sejatinya telah mati sebelum ajalnya. Semoga para jamaah yang hadir dalam majelis ini termasuk hamba-hamba Allah yang akan diselamatkan di dunia dan akhirat.

Doa Penutup:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْعَامَ عَامَ خَيْرٍ وَبَرَكَةٍ، وَنُورٍ وَهُدًى، وَأَمْنٍ وَإِيْمَانٍ، وَتَوْفِيْقٍ وَنَجَاحٍ، لَنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلاَةَ أُمُوْرِنَا، وَوَفِّقْهُمْ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَاجْعَلْهُمْ رُعَاةً صَالِحِيْنَ لِلْعِبَادِ وَالْبِلَادِ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha