Ketika Kita Semua Menjadi Guru-Guru Kehidupan
rudyspramz – MPI Wonosobo
PWMJATENG.COM, Menjadi guru adalah menjadi cahaya—bukan sekadar pelita yang menerangi, tetapi juga bara kecil yang terus menjaga dirinya agar tak padam. Seperti pesan KH. Ahmad Dahlan, “Jadilah guru sekaligus murid,” profesi ini mengajarkan kita bahwa keteladanan harus berjalan seiring dengan kerendahan hati. Guru bukan hanya pengajar, tetapi pembelajar yang tak pernah berhenti memperbaiki diri. Sebab ilmu bukan sekadar sesuatu yang disampaikan, melainkan sesuatu yang dihidupi.
Tidak ada maqom yang lebih anggun daripada menjadi guru. Di tangan merekalah ilmu menemukan jalannya, akhlak mendapatkan bentuknya, dan masa depan dirajut dengan sabar serta cinta yang tak meminta balasan. Meski perjuangan mereka sering tak sebanding dengan penghargaan yang diterima, para guru tetap berdiri teguh—karena mereka bekerja dengan mata hati, bukan semata-mata mata pencaharian.
Para guru mengetahui bahwa kebahagiaan tidak selalu hadir dalam bentuk materi, tetapi dalam tawa anak didik ketika berhasil memahami sesuatu; dalam perubahan kecil pada karakter mereka; dalam jejak-jejak kebaikan yang suatu hari tumbuh menjadi kekuatan bangsa. Dalam makna yang lebih luas, setiap kita sesungguhnya adalah guru kehidupan. Kita menjadi guru ketika memberikan pemahaman, menanamkan nilai, menunjukkan keteladanan, atau sekadar menghadirkan kebaikan bagi sesama. Dan perjalanan menjadi guru ini hanya benar-benar usai ketika langkah kita berhenti di Jannatun Na‘im.
Di Hari Guru Nasional, 25 November 2025 ini, marilah kita menundukkan kepala sejenak—menghargai jasa para pendidik, mengenang peluh perjuangan mereka, dan menyadari bahwa bangsa yang kuat hanya akan lahir dari guru yang hebat.
Selamat Hari Guru Nasional.
Guru hebat, Indonesia kuat.
Teruslah menjadi cahaya—karena dunia membutuhkan lebih banyak terang.
Editor: Al-Afasy
