Kebangkitan Peradaban Islam Melalui Pendidikan Muhammadiyah

Kebangkitan Peradaban Islam Melalui Pendidikan Muhammadiyah
Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)
PWMJATENG.COM – Peradaban Islam pernah menorehkan tinta emas dalam sejarah umat manusia. Sekitar sepuluh abad yang lalu, dunia Islam menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dan peradaban. Ulama dan cendekiawan Muslim seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Khaldun, dan banyak lainnya melahirkan penemuan-penemuan luar biasa dalam berbagai bidang: kedokteran, matematika, filsafat, astronomi, hingga sosiologi, pada saat dunia Barat masih berada dalam kegelapan abad pertengahan.
Namun, kejayaan itu kemudian meredup. Serangan dari luar, disertai dengan kemunduran dari dalam diri umat Islam sendiri, perpecahan, kemalasan intelektual, dan ketergantungan terhadap masa lalu membuat peradaban Islam tergelincir dari puncaknya. Ironisnya, Barat justru mengambil dan mengembangkan warisan keilmuan Islam, menjadikannya fondasi bagi kebangkitan peradaban modern yang kita lihat hari ini. Sementara itu, dunia Islam sebagai pewaris asli malah tertinggal, dan dalam banyak aspek, terus terpuruk.
Di tengah realitas tersebut, Muhammadiyah hadir sebagai salah satu kekuatan modernisme Islam yang berupaya menjawab tantangan zaman. Dengan amal usaha yang tersebar luas, terutama di bidang pendidikan, Muhammadiyah memiliki peran strategis dalam menghidupkan kembali semangat keilmuan dan peradaban Islam. Sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi Muhammadiyah tidak boleh hanya menjadi tempat transmisi ilmu, tetapi juga harus menjadi pusat lahirnya inovasi dan transformasi.
Baca juga, Revolusi dan Evolusi dalam Perubahan Sosial: Pelajaran dari Dakwah Nabi Muhammad SAW
Selama ini, umat Islam sering kali berada dalam posisi sebagai konsumen teknologi dan ilmu pengetahuan, bukan produsen. Kita masih terbata-bata dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu berdiri sejajar sebagai pencipta, peneliti, dan pengembang produk teknologi yang menjawab kebutuhan zaman. Di sinilah peran penting para guru dan pendidik dituntut : tidak hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga menanamkan semangat penciptaan.
Guru yang hebat bukan sekadar mencetak lulusan yang “siap kerja”, tetapi melahirkan generasi yang siap berkarya, generasi yang inovatif, kreatif dan produktif. Mereka harus dibekali dengan deep learning, bukan hanya sekadar surface learning. Didorong untuk berpikir kritis, kolaboratif, dan solutif. Mereka harus diberi ruang untuk melakukan riset, diskusi, eksplorasi, dan pengembangan produk-produk teknologi berbasis nilai-nilai etis dan spiritual Islam.
Kebangkitan umat Islam di era modern tidak akan mungkin tanpa kebangkitan pendidikan. Dan kebangkitan pendidikan tidak akan mungkin tanpa kehadiran guru-guru yang tercerahkan dan mencerahkan. Muhammadiyah memiliki semua syarat (ideologis dan praksis) untuk menjadi lokomotif perubahan itu, asal kita berani memulai, berani berbenah, dan terus berupaya menciptakan sistem pendidikan yang berakar pada nilai-nilai Islam (turats) namun juga berorientasi pada masa depan.
Kini saatnya kita bukan hanya mengenang kejayaan masa lalu, tetapi mewarisinya secara aktif melalui kerja keras dan karya nyata. Peradaban Islam masa depan harus lahir dari tangan-tangan kita sendiri, dimulai dari ruang-ruang kelas, laboratorium, hingga pusat-pusat inovasi. Inilah jihad intelektual kita. Inilah ladang amal kita. Wallahu a’lam.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha