Kajian Tafsir UMS Bahas Tugas Kekhalifahan Manusia Melalui Surah Al-Baqarah Ayat 30–39

PWMJATENG.COM, SURAKARTA – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menggelar Kajian Tafsir UMS Surah Al-Baqarah 30–39 bersama Dr. Ainur Rha’in, S.Th.I., M.Th., pada Sabtu (15/11/2025). Dalam kajian daring tersebut, ia mengupas makna penciptaan manusia sebagai khalifah dan hubungan erat antara ilmu, amanah, dan petunjuk Allah.
Mengawali kajian pada ayat 30, Rha’in menjelaskan respons malaikat ketika Allah menyampaikan rencana penciptaan manusia. Mereka mempertanyakan potensi manusia untuk melakukan kerusakan dan pertumpahan darah.
“Para malaikat bukan menolak, tetapi heran sekaligus khawatir. Namun Allah menegaskan bahwa Dia mengetahui apa yang tidak diketahui malaikat,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Allah memberitahu malaikat bukan untuk meminta persetujuan.
“Sejak awal Adam sudah ditakdirkan menjadi penghuni bumi,” tegasnya.
Memasuki ayat 31–33, Rha’in menekankan bahwa ilmu adalah fondasi kekhalifahan. Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruh benda sebagai simbol kemampuan intelektual manusia.

“Pondasi segala hal adalah ilmu. Manusia diberi daya cipta dan daya kreasi. Inilah yang membuat manusia layak memikul amanah besar,” jelasnya.
Menurutnya, semakin tinggi ilmu seseorang, semakin besar pula tanggung jawab yang harus dipikul.
Pada ayat 34, Rha’in menguraikan kisah penolakan Iblis untuk sujud kepada Adam yang menjadi contoh kesombongan pertama dalam sejarah.
“Kekhalifahan bukan simbol kemuliaan yang membuat manusia boleh menyombongkan diri. Khalifah justru pelayan yang memberi kebermanfaatan,” katanya.
Selanjutnya pada ayat 35–36, ia menjelaskan bahwa Adam dan Hawa tinggal di surga dengan penuh kelapangan, namun mendapat satu larangan. Godaan setan membuat keduanya tergelincir dan turun ke bumi sebagai bagian dari skenario ilahi.
“Ayat ini menegaskan bahwa kehidupan manusia memang di bumi, bukan untuk planet lain,” tambah Rha’in.
Ayat 37 menggambarkan bagaimana Allah mengajarkan Adam kalimat-kalimat taubat. Rha’in membacakan doa tersebut sebagai bentuk pengakuan manusia atas kesalahan dan harapan ampunan.
“Inilah kasih sayang Allah. Kesalahan Adam bukan akhir, karena Allah mengajarkan cara untuk kembali,” ujarnya.
Pada ayat 38–39, ia menegaskan bahwa siapa pun yang mengikuti petunjuk Allah tidak akan merasa takut ataupun bersedih. Orang beriman harus bersyukur karena petunjuk itu menjadi jalan keselamatan.
Kajian ditutup dengan ajakan agar umat memahami kembali amanah kekhalifahan: memanfaatkan ilmu, menjaga bumi, menebar kebermanfaatan, dan senantiasa berpegang pada petunjuk Allah dalam menjalani kehidupan.
Editor: Al-Afasy



