Jangan Mimpi Tidak Punya Pendengki!
Jangan Mimpi Tidak Punya Pendengki!
Oleh : Ikhwanushoffa*
PWMJATENG.COM – Siapa sih kita kok berani bermimpi tidak ada yang dengki?! Rasulullah Saw. saja punya pendengki. Problem utamanya bukan masalah ada pendengki atau tidak. Tetapi bagaimana sikap kita bila ada yang dengki. Seperti pertanyaan sufistik, bila ada orang yang melempar api ke rumah kita, yang kita lakukan? Apakah memadamkan api tersebut atau mengejar orang yang melempar api? Tentu mematikan apinya kan. Itulah kira-kira salah satu hikmah eling lan waspada. Eling bahwa utamanya adalah jangan sampai api membakar amal kita. Waspada, jangan sampai kita beramal karena ada yang dengki atau tidak.
Tulisan ini sequel berikutnya dari tulisan yang telah dimuat https://pwmjateng.com/lelahnya-para-pendengki/. Tulisan tersebut lebih sebagai pesan supaya diri kita terhindar dari sifat pendengki. Nah, tulisan yang sekarang pada posisi sebaliknya, bagaimana sikap kita bila dalam posisi yang didengki? Supaya kita tetap menjadi pribadi yang qualified. Pribadi yang tetap alias tidak labil.
Baca juga, Lebih Baik Mana? Sedekah atau Haji (Lagi)?
Kita bekerja karena seharusnya bekerja. Bukan untuk menghindari pendengki, juga bukan karena sebaliknya mencari puji. Bekerja mencari puji sama konyolnya dengan yang bermimpi tidak punya pendengki. Kita tahu amal kita tak begitu seberapa. Bila ada kehebatan yang diakui, itu hanya mau-maunya Allah Ta’ala. Ada yang lebih tekun, lebih prihatin, lebih khusyuk namun hasilnya di bawah kita. Itu bukti bahwa hasil milik Gusti. Kita cuma disuruh ikhtiar maksimal. Maka malu rasanya kalau berani melakukan klaim terhadap suatu capaian.
Demikianlah di kantor Lazismu Wilayah Jawa Tengah, ditulis besar kalam Kiai Dahlan, “Jangan sentimen, jangan sakit hati kalau menerima celaan dan kritikan. Jangan sombong, jangan berbesar hati kalau menerima pujian.” Sebagai pengeling-eling bahwa kita bekerja karena memang seharusnya bekerja. Bukan karena sikap orang terhadap kita. Wallaahu a’lam.
*) Manajer Area Lazismu Jawa Tengah.
Editor : M Taufiq Ulinuha