Intip Pengalaman Mahasiswa UMS Jadi Classification Assistant IFCPF Men’s Asia-Oceania Cup 2025

PWMJATENG.COM, SURAKARTA — Faris Rahman Kusdiana, mahasiswa Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), terpilih sebagai classification assistant dalam IFCPF Men’s Asia-Oceania Cup 2025 yang digelar di Surakarta, Jawa Tengah, pada 16–22 November 2025. Kesempatan ini menjadi pengalaman berharga bagi Faris untuk menerapkan ilmu fisioterapi secara langsung di ajang internasional.
IFCPF Men’s Asia-Oceania Cup merupakan turnamen resmi sepak bola cerebral palsy tingkat regional. Faris menjelaskan bahwa momentum ini penting untuk proses klasifikasi atlet yang digunakan pada kompetisi internasional mendatang.
Ia menerima tawaran menjadi classification assistant pada awal Oktober. Dalam tugasnya, Faris bekerja di bawah Chief Classifier Dr. Jorge Parra dari Kolombia dan berkoordinasi dengan classifier profesional dari Argentina, Belanda, dan Italia.
Peran classification assistant mencakup dukungan terhadap proses asesmen medis, asesmen olahraga, persiapan dokumen, pencatatan hasil pemeriksaan, hingga memastikan seluruh prosedur klasifikasi berjalan sesuai standar IFCPF.
“Tugas saya juga memastikan standar IFCPF dijalankan dengan tepat,” ujar Faris.
Faris menghadapi sejumlah tantangan seperti jadwal yang padat, tuntutan akurasi tinggi, serta konsistensi kinerja. Tantangan itu muncul karena hasil klasifikasi menentukan status kompetitif seorang atlet.
“Saya mengatasinya dengan disiplin waktu, komunikasi aktif dengan classifier senior, dan memastikan setiap prosedur dijalankan sesuai standar,” tuturnya.
Pengalaman ini juga memungkinkan Faris mengaplikasikan materi perkuliahan yang pernah ia pelajari, seperti Fisioterapi Olahraga, Pemeriksaan Muskuloskeletal, dan Neurologi. Pemeriksaan yang dilakukan tim klasifikasi meliputi rentang gerak, tonus otot, kontrol motorik, hingga analisis gerak.
Aktif sebagai ketua Kelompok Studi Sport Physiotherapy UMS, Faris juga memiliki minat besar pada fisioterapi olahraga. Ia bahkan pernah mempresentasikan alat klasifikasi digital buatannya di Jepang dan memperoleh hak kekayaan intelektual melalui jalur outcome-based education (OBE).
Baginya, kesempatan bekerja dengan classifier internasional merupakan pengalaman langka yang memperkuat minatnya di bidang sport physiotherapy.
“Saya ingin belajar lebih dalam mengenai sistem klasifikasi sepak bola cerebral palsy karena ini berkaitan dengan pengembangan profesi saya di masa depan,” tutupnya.
Kontributor: (Gede/Humas)
Editor: Al-Afasy



