
PWMJATENG.COM, Surakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 6,2% pada Selasa (18/3), memaksa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menghentikan sementara perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Langkah penghentian perdagangan sementara (trading halt) ini diambil setelah IHSG melewati ambang batas penurunan lebih dari 5%, yang dianggap mengkhawatirkan bagi stabilitas pasar modal Indonesia.
Anton Agus Setyawan, Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), menilai penurunan tajam IHSG ini dipicu oleh kombinasi faktor eksternal dan internal. Ia menegaskan bahwa analisis mendalam diperlukan guna mengantisipasi dampak lebih lanjut terhadap perekonomian nasional.
“Salah satu faktor utama adalah ketegangan global, terutama perang Rusia-Ukraina yang masih berlanjut. Meskipun ada upaya diplomasi dari Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, eskalasi konflik tetap meningkat dan memicu ketidakpastian di pasar global,” jelas Anton.
Di sisi lain, kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden Trump terhadap beberapa negara, termasuk Indonesia, juga berkontribusi terhadap sentimen negatif di pasar modal. “Peningkatan tarif ini memperburuk ketegangan perdagangan global dan menyebabkan arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” tambahnya.
Anton juga menyoroti faktor internal yang semakin memperburuk situasi, salah satunya adalah pengumuman Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai defisit anggaran negara yang mencapai Rp 31,2 triliun. Menurutnya, angka defisit ini menambah kekhawatiran investor terhadap keberlanjutan fiskal Indonesia.
Baca juga, MPI PWM Jateng Gelar Pesantren Digital Ramadan, Siapkan Jurnalis Muda Andal!
“Defisit yang cukup besar ini menandakan tantangan serius bagi perekonomian Indonesia. Investor khawatir dengan potensi peningkatan utang negara dan dampaknya terhadap stabilitas ekonomi jangka panjang,” ujar Anton.

Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut memperburuk sentimen investor. Ketidakstabilan mata uang dinilai dapat meningkatkan risiko investasi dan membuat investor asing menarik dana mereka dari pasar saham domestik.
Meskipun pemerintah menyatakan tidak khawatir dengan penurunan IHSG, Anton menegaskan bahwa situasi ini harus disikapi dengan serius. “IHSG memang bukan satu-satunya indikator perekonomian, tetapi penurunan drastis ini bisa menjadi tanda adanya ketidakpercayaan investor terhadap kebijakan ekonomi pemerintah,” katanya.
Menurutnya, pemerintah perlu mengambil langkah konkret untuk memulihkan kepercayaan investor dan menjaga stabilitas pasar. “Pemerintah harus segera mengomunikasikan kebijakan ekonomi yang lebih jelas dan terukur agar investor merasa aman. Langkah-langkah konkret dalam memperbaiki iklim investasi harus segera dilakukan,” tegas Anton.
Ia juga memberikan beberapa rekomendasi untuk menghadapi situasi ini. “Pemerintah harus memperkuat kebijakan fiskal, mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri, dan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di pasar global,” pungkasnya.
Kontributor : Al
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha