Hal yang Harus Dihindari dan Amalan yang Dianjurkan Saat Puasa Ramadan

PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Kajian Tarjih perdana di bulan Ramadan 1446 H pada Selasa (4/3). Kajian yang dilakukan secara daring melalui Zoom Meeting dan disiarkan langsung di kanal YouTube tvMu ini mengangkat tema “Hal-hal yang Harus Dijauhi selama Shiyam serta Amalan-amalan yang Dianjurkan selama Shiyam.” Dalam kajian ini, Yayuli menjelaskan berbagai hal yang harus dihindari dan amalan yang dianjurkan selama menjalankan ibadah puasa.
Menurut Yayuli, umat Muslim yang menjalankan puasa harus menjaga perkataan dan perbuatan. Ia menegaskan bahwa menghindari perkataan buruk, memfitnah, membully, menipu, berkata kotor, mencaci maki, serta mengganggu orang lain adalah bagian dari esensi puasa yang sesungguhnya. Ia mengutip hadis dari Imam Al-Bukhari yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ”
Artinya, “Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak peduli dia telah meninggalkan makanan dan minumannya.”
Hadis ini, menurut Yayuli, menunjukkan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari segala bentuk keburukan. Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa Rasulullah SAW dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim menegaskan larangan berkata kotor dan gaduh saat berpuasa. Jika seseorang diajak bertengkar, maka ia dianjurkan untuk mengatakan, “Saya sedang berpuasa.”
Selain menjaga lisan dan perbuatan, ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari saat berpuasa. Salah satunya adalah berkumur dan istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung saat wudhu) secara berlebihan. Yayuli mengutip hadis dari HR. Al-Khamsah yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“بَالِغْ فِي الْإِسْتِنْشَاقِ، إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا”
Artinya, “Keraskanlah dalam menghirup air dalam hidung, kecuali jika engkau sedang berpuasa.”
Selain itu, mencium istri di siang hari juga dianjurkan untuk dihindari jika dikhawatirkan tidak mampu menahan syahwat. Yayuli mengutip hadis dari Aisyah RA yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah mencium dan merangkul istrinya saat berpuasa, tetapi beliau adalah orang yang paling mampu menahan nafsunya.
Baca juga, Indahnya Berbuka dengan Sederhana dan Penuh Syukur
Setelah menjelaskan hal-hal yang harus dihindari, Yayuli beralih ke pembahasan tentang amalan-amalan utama yang dianjurkan selama Ramadan. Salah satu amalan utama tersebut adalah Qiyamul Lail atau shalat tarawih. Ia mengutip hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
“مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ”
Artinya, “Barang siapa yang menunaikan Qiyamu Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap keridaan Allah SWT, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Selain shalat tarawih, Yayuli juga menganjurkan untuk mengakhirkan makan sahur. Ia mengutip hadis dari Sahl bin Sa’ad RA yang menyebutkan bahwa umat Islam senantiasa dalam keadaan baik selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.
Amalan utama lainnya adalah menyegerakan berbuka sebelum shalat Maghrib. Yayuli mengutip hadis dari Sahal bin Sa’id yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ”
Artinya, “Orang akan selalu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.”
Selain itu, doa berbuka puasa juga merupakan sunnah yang dianjurkan. Yayuli menyebutkan doa yang diajarkan Nabi SAW:
“ذَهَبَ الظَّمَأُ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ، إِنْ شَاءَ اللَّهُ”
Artinya, “Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah.”
Sedekah dan membaca Al-Qur’an juga menjadi amalan utama di bulan Ramadan. Yayuli mengutip hadis dari Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, terutama pada bulan Ramadan. Ia juga mengingatkan bahwa panitia Gema Kampus Ramadhan (GKR) UMS masih membuka donasi bagi yang ingin bersedekah.
Terakhir, Yayuli menekankan pentingnya i’tikaf di masjid, terutama pada 10 hari terakhir Ramadan. I’tikaf adalah momen untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, memohon ampunan, serta melakukan muhasabah diri. Dengan berbagai amalan ini, umat Islam diharapkan dapat menjalani Ramadan dengan penuh keberkahan dan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Kontributor : Yusuf
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha