Hadir di Jakarta, Ketua PWM Jateng Tafsir Beberkan Cara Nyata Menghidupkan Risalah Islam Berkemajuan

PWMJATENG.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir, hadir sebagai narasumber dalam kegiatan Ideopolitor yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Rawamangun, Jakarta Timur, pada Ahad (3/8/2025). Acara ini berlangsung di SMP Muhammadiyah 31 Rawamangun, Pulo Gadung.
Mengusung tema “Meneguhkan Langkah Gerak, Memajukan Persyarikatan untuk Dakwah Berkemajuan”, kegiatan tersebut dihadiri oleh jajaran Anggota PCM Rawamangun, Ortom Cabang Rawamangun, serta pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) se-Cabang Rawamangun.
Dalam paparannya, Tafsir menekankan pentingnya mengaktualisasikan Risalah Islam Berkemajuan dalam gerak dakwah Persyarikatan. Ia menilai bahwa dokumen risalah itu bukan sekadar teori atau wacana belaka, melainkan harus menjadi pedoman kerja nyata.
“Risalah Islam Berkemajuan itu bukan cuma untuk dibaca dan dipajang, tetapi untuk dihidupkan dalam program dakwah kita, baik di ranah pendidikan, kesehatan, sosial, hingga politik kebangsaan,” ujarnya.
Menurutnya, Muhammadiyah tidak bisa hanya berjalan dengan semangat tanpa arah. Oleh sebab itu, ia mengajak seluruh kader untuk memahami secara utuh nilai-nilai yang terkandung dalam Risalah Islam Berkemajuan dan menjadikannya sebagai peta jalan gerakan.
Baca juga, Memberikan Makanan Bergizi bagi Anak, Wajibkah?
Dalam suasana diskusi yang hangat, Tafsir mengingatkan bahwa gerakan Islam harus menjawab tantangan zaman. Ia menyebutkan bahwa dunia saat ini sedang bergerak cepat, dan organisasi Islam seperti Muhammadiyah perlu hadir dengan gagasan, kerja, dan keberanian untuk tampil di depan.
“Kita tidak boleh sekadar menjadi penonton dalam perubahan. Muhammadiyah harus menjadi pelaku utama dengan tawaran solusi. Inilah semangat Islam Berkemajuan,” tegasnya.

Tafsir juga menyoroti pentingnya ideologi, politik, dan organisasi (ideopolitor) dalam menjaga arah gerakan Muhammadiyah. Menurutnya, pemahaman tentang tiga hal itu menjadi kunci agar Persyarikatan tidak mudah terbawa arus atau kehilangan identitas.
“Kalau tidak paham ideologi Muhammadiyah, kita akan mudah terombang-ambing. Paham ideologi itu ibarat kita paham arah kiblat. Kalau tidak paham, bisa saja salatnya bagus, tapi tidak sah,” ujar Tafsir, disambut tawa para peserta.
Ia juga menyampaikan bahwa kader Muhammadiyah hari ini harus berpikir lintas sektoral. Dalam dakwahnya, Persyarikatan harus mampu masuk ke berbagai ruang publik, tanpa kehilangan jati diri sebagai gerakan Islam.
“Kita tidak boleh eksklusif. Muhammadiyah harus inklusif, tapi tetap dengan identitas keislaman yang kuat. Kita boleh berkolaborasi dengan siapa pun, selama itu untuk kebaikan dan kemajuan umat,” katanya.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha