H. Syarif Amirudin: Sesepuh Tapak Suci Wanadadi dan Pencipta Senam SSS yang Menginspirasi

PWMJATENG.COM – Banjarnegara dikenal dengan keindahan alamnya seperti Dataran Tinggi Dieng, namun daerah ini juga melahirkan banyak tokoh besar yang menginspirasi. Dari KH Abdul Fatah, pendiri Pesantren Al-Fatah, hingga pejuang kemerdekaan Soegeng Boedhiarto, tokoh politik Soemitro Djojohadikusumo, petinju dunia Chris John, hingga musisi Ebiet G. Ade. Semua menjadi bagian dari kebanggaan Banjarnegara.
Di antara nama besar tersebut, H. Syarif Amirudin menonjol sebagai sosok yang memadukan seni bela diri, pendidikan, dan dakwah. Beliau meninggalkan jejak abadi melalui Tapak Suci Muhammadiyah Wanadadi. Pada 16 Agustus 2025, beliau berpulang ke Rahmatullah. Kabar duka ini meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga, murid, dan komunitas Muhammadiyah. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
Tapak Suci sebagai Wadah Dakwah dan Pembinaan
Tapak Suci merupakan organisasi otonom Muhammadiyah yang berdiri pada 1963 di Kauman, Yogyakarta. Seni bela diri pencak silat ini tidak hanya berkembang sebagai olahraga, tetapi juga sarana dakwah Islam.
Di Banjarnegara, peran H. Syarif Amirudin sangat menonjol. Beliau bukan sekadar pelatih, tetapi juga teladan yang mengintegrasikan ilmu bela diri dengan nilai-nilai Islam. Tapak Suci, di tangannya, tumbuh menjadi sarana pembinaan generasi muda yang beriman, tangguh, dan berakhlak mulia.
Garis Keilmuan dan Latar Belakang
H. Syarif Amirudin lahir di Banjarnegara pada 1951. Beliau adalah putra Pendekar Abu Tafsir dan cucu KH Busyro Syuhada, ulama serta pendekar legendaris. Sejak kecil, ia telah akrab dengan tradisi yang memadukan bela diri dan dakwah.
Nama kecilnya, Mirhadi, berganti menjadi Syarif Amirudin saat menempuh pendidikan pesantren. Perubahan nama ini menandai komitmennya untuk mengabdikan hidup dalam dakwah. Pendidikan pesantren memperkuat intelektual sekaligus spiritualitasnya, yang kemudian diterapkan dalam mendidik para murid.
Kiprah dalam Tapak Suci Banjarnegara
Kepemimpinan H. Syarif Amirudin di Tapak Suci Banjarnegara pada 1995–2005 dianggap paling berpengaruh. Beliau memperkuat struktur organisasi, membina kader secara intensif, dan kerap turun langsung mencari serta mendampingi murid.
Baca juga, Ketua PWM Jateng Tafsir Serukan Warga Muhammadiyah Meriahkan Jamnas I JATAM di Kebumen
Pada awalnya, Tapak Suci menghadapi resistensi. Hanya sedikit murid yang bergabung, di antaranya Lutfan Budi Santoso. Namun, melalui disiplin dan keteladanan, kepercayaan masyarakat mulai tumbuh. Puncaknya, murid-murid beliau meraih prestasi dunia. Lutfan Budi Santoso, misalnya, meraih emas di Kejuaraan Dunia Pencak Silat Penang 2002 dan SEA Games 2003 di Hanoi.
Salah satu warisan besarnya adalah pendirian Padepokan Tapak Suci Wanadadi pada 2005. Padepokan ini lahir atas prakarsa Bupati Banjarnegara H. Djasri dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo. Padepokan tersebut menjadi pusat pembinaan fisik dan spiritual, karena selain berlatih silat, murid juga diwajibkan mengaji dan mengikuti bimbingan malam hari.
Pencipta Senam SSS
Selain di Tapak Suci, H. Syarif Amirudin dikenal sebagai pencipta Senam SSS. Inovasi ini memadukan gerakan senam aerobik dengan pencak silat dan nilai-nilai Islam. Setiap gerakan diselaraskan dengan dzikir atau bacaan Al-Qur’an, menjadikan senam ini bukan sekadar olahraga, tetapi juga ibadah.
Senam SSS populer di kalangan Tapak Suci dan masyarakat luas Banjarnegara. Beliau mengajarkannya sebagai bagian dari dakwah, menegaskan bahwa menjaga kesehatan adalah amanah Allah. Inovasi ini membuktikan visinya dalam memodernisasi tradisi bela diri agar relevan dengan zaman, tanpa meninggalkan akar Islam.
Tapak Suci sebagai Dakwah Muhammadiyah
Bagi H. Syarif Amirudin, Tapak Suci adalah sarana dakwah untuk melahirkan generasi muslim yang tangguh dan berakhlak mulia. Di Pondok Modern Sabilurrosyad Wanadadi, beliau menjadi sesepuh yang menanamkan disiplin, keberanian, dan keikhlasan.
Silat, menurutnya, bukan alat kekerasan, melainkan perlindungan diri dan umat. Dakwahnya bersifat inklusif, menjangkau masyarakat Banjarnegara dari berbagai lapisan. Kiprah ini menguatkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang adaptif dan progresif.
Warisan dan Teladan Abadi
Warisan H. Syarif Amirudin terlihat dalam dua hal: lahirnya kader Tapak Suci berprestasi dan teladan hidup yang ia tinggalkan. Atlet-atlet binaannya terus berjuang membawa nama Banjarnegara dan Indonesia.
Lebih dari itu, beliau meninggalkan teladan moral berupa keikhlasan, pengabdian, dan dakwah nyata. Warisan ini menjadi cahaya bagi generasi muda, meneguhkan Banjarnegara sebagai tanah kelahiran tokoh-tokoh inspiratif bangsa.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha