PWMJATENG.COM, Surakarta – Jurnal Forum Geografi milik Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mencatat sejarah baru di dunia akademik. Setelah resmi terindeks Scopus pada 2023, jurnal ini kini meraih predikat Quartile 1 (Q1) berdasarkan Scimago Journal Rank (SJR) tahun 2024. Prestasi tersebut menjadikannya satu-satunya jurnal bidang geografi di Indonesia yang berhasil mencapai level tertinggi dalam pemeringkatan Scopus.
Dekan Fakultas Geografi UMS, Jumadi, mengungkapkan rasa syukur dan bangga atas pencapaian ini. Ia menuturkan bahwa Forum Geografi merupakan salah satu jurnal tertua di lingkungan UMS. “Jurnal ini sudah ada sejak tahun 1987. Kalau dibandingkan dengan jurnal lain di UMS, bisa dibilang Forum Geografi termasuk yang senior,” ujar Jumadi, Rabu (15/10).
Ia menambahkan, jurnal tersebut dirintis oleh para dosen senior Fakultas Geografi UMS lebih dari tiga dekade lalu. “Sebagian perintisnya bahkan sudah wafat. Namun semangat mereka tetap kami teruskan hingga kini,” tuturnya.
Perjalanan menuju pengakuan internasional, menurut Jumadi, bukanlah hal yang mudah. Upaya menembus indeks Scopus telah dimulai sejak 2016. “Tahun itu kami mengajukan ke Scopus, tapi belum berhasil. Kami diberi waktu dua tahun untuk memperbaiki,” jelasnya.
Setelah memperbaiki berbagai aspek, tim redaksi kembali mengajukan resubmission pada 2019. Namun hasilnya belum sesuai harapan. “Kami terus memperbaiki kekurangan berdasarkan catatan dari tim Content Selection and Advisory Board (CSAB) Scopus. Akhirnya pada 2022 kami ajukan lagi, dan Alhamdulillah pada 2023 resmi terindeks,” katanya.
Jumadi menyebut bahwa proses panjang tersebut menjadi pembelajaran berharga untuk menjaga konsistensi mutu dan kualitas publikasi ilmiah. “Prosesnya sangat panjang dan penuh evaluasi. Tapi hasilnya sepadan dengan kerja keras tim redaksi,” ujarnya.
Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!
Ia menjelaskan, capaian peringkat Q1 tidak datang begitu saja. Scopus menilai sejumlah indikator penting, seperti tingkat sitasi, kualitas substansi artikel, serta aspek teknis seperti visualisasi, tata bahasa, dan format penulisan. “Sitasi menjadi ukuran utama. Semakin sering artikel disitasi, semakin tinggi peringkatnya,” terangnya.
Selain itu, sebaran penulis dan dewan editor juga menjadi faktor penentu. “Kami berupaya agar penulis dan editor datang dari berbagai negara. Ini menunjukkan jangkauan internasional dan kolaborasi global yang kuat,” tambahnya.
Dengan keberhasilan ini, Jumadi berharap Forum Geografi dapat menjadi pintu masuk bagi UMS menuju pengakuan internasional. “Jurnal bereputasi itu diakui secara global. Dengan banyaknya penulis luar negeri yang berkontribusi, mereka otomatis mengenal UMS,” ujarnya.
Ia menegaskan, reputasi global melalui jurnal ilmiah bisa menjadi media promosi yang efektif. “Ketika orang membaca bahwa ada jurnal Q1 di bawah UMS, mereka akan mencari tahu lebih lanjut tentang universitasnya. Itu membuka peluang kolaborasi riset, akademik, maupun peningkatan reputasi kelembagaan,” jelasnya.
Keberhasilan ini, kata Jumadi, diharapkan menjadi inspirasi bagi fakultas dan program studi lain di UMS untuk mengembangkan jurnalnya menuju reputasi internasional. “Kami ingin pencapaian ini menjadi pemantik semangat bagi pengelola jurnal lain untuk menembus Scopus,” ujarnya.
Menurutnya, jurnal ilmiah menjadi instrumen penting untuk mewujudkan visi UMS sebagai World Class University. “Salah satu indikator universitas kelas dunia adalah pengakuan global. Jurnal menjadi salah satu cara agar kampus dikenal luas,” terangnya.
Sebagai perbandingan, Jumadi mencontohkan sejumlah universitas luar negeri yang memberikan dukungan penuh terhadap pengelolaan jurnal. “Ada universitas di Tiongkok yang bahkan mensponsori jurnal agar reputasinya melekat dengan nama kampus. Itu bukti pentingnya jurnal dalam membangun visibilitas akademik,” ujarnya.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
