Berita

Etika Dai Muhammadiyah: Dakwah yang Mencerahkan dan Bermartabat

Dr. H. Ali Trigiyatno, M.Ag (Ketua MT PWM Jateng)

PWMJATENG.COM, Belakangan sebagian dai populer di medsos banyak mendapat sorotan dan kritikan akibat tingkah laku maupun ucapan yang dinilai tidak pantas dilakukan seorang pendakwah. Ada dai yang suka merokok, mengumpat, mengolok-olok jamaah, joget-joget, beraroma mesum alias saru, pasang tarif, pamer kemewahan dan lain-lain. Kita berharap tentunya itu tidak terjadi di lingkungan dai-dai Muhammadiyah-Aisyiyah.

Dalam Muhammadiyah, dakwah bukan sekadar aktivitas lisan, melainkan amanah besar yang menuntut integritas, ilmu, dan akhlak. Seorang dai Muhammadiyah adalah pelanjut risalah kenabian yang harus menjunjung tinggi etika. Berikut sepuluh prinsip etis dai Muhammadiyah, lengkap dengan dalil Al-Qur’an dan hadis:

  1. Ikhlas karena Allah.
    Dakwah harus dilandasi niat yang tulus, bukan demi popularitas atau kepentingan duniawi. Dakwah bukan untuk mencari kekayaan atau tujuan duniawi rendah lainnya. Pantang seorang dai memasang tarif atau tawar menawar “harga”.
    “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An‘ām: 162)
    “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya…” (HR. Bukhari dan Muslim)
  2. Berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah Maqbūlah
    Dakwah harus bersumber dari wahyu dan sunnah yang sahih-hasan, bukan dari khayalan juga hawa nafsu atau tradisi yang menyimpang.
    “Dan inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (lain)…” (QS. Al-An‘ām: 153)
  3. Menjaga Akhlak dan Keteladanan
    Dai adalah cermin Islam. Akhlaknya harus mencerminkan ajaran yang disampaikan.
    “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
    “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzāb: 21)

Perkara yang mencederai akhlak dan muruah seorang dai harus dihindari seperti pasang tarif, mata keranjang, menjilat kekuasaan, materi oriented dan lain-lain.

  • Menghindari Ujaran Kebencian dan Provokasi
    Dakwah harus disampaikan dengan hikmah, bukan dengan caci maki atau kebencian.
    “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik…” (QS. An-Naḥl: 125)
  • Menjunjung Persatuan Umat, moderat dan Toleransi
    Dai Muhammadiyah membangun ukhuwah, bukan memecah belah.
    “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara…” (QS. Al-Ḥujurāt: 10)
    “Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, dan saling membelakangi…” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW mengingatkan, “Sesungguhnya agama ini mudah. Tidaklah seseorang memaksakan diri dalam agama melainkan ia akan dikalahkan olehnya. Maka bersikap luruslah, mendekatlah (kepada kebenaran), dan bergembiralah…” (HR Bukhari)

  • Bersikap Ilmiah dan Terbuka terhadap Kritik
    Dakwah harus berbasis ilmu, logika, referensi yang jelas dan terbuka terhadap masukan.
    “…Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)
  • Tidak Memanfaatkan Dakwah untuk Kepentingan Pribadi
    Dai tidak menjadikan dakwah sebagai alat mencari keuntungan duniawi.
    “Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, Kami akan berikan kepada mereka balasan di dunia… tetapi mereka tidak akan mendapat bagian di akhirat.” (QS. Hūd: 15–16)

Namun demikian, tidak pula dilarang menerima honorarium sekedarnya asal jangan mematok tarif dan menjadikan sebagai motivasi utama.

  • Menghindari Politik Praktis Partisan
    Dakwah Muhammadiyah bersifat amar ma’ruf nahi munkar, bukan alat kampanye untuk mendukung partai atau calon tertentu secara eksplisit atau vulgar.
    “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan…” (QS. Āli ‘Imrān: 104)
  • Mengutamakan Metode Dakwah yang Humanis dan Kontekstual
    Dai harus memahami kondisi sosial dan psikologis audiens.
    “Permudahlah dan jangan mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka dai Muhammadiyah diajarkan untuk berdakwah dengan motto mencerahkan, menggembirakan dan menggerakkan.

  1. Bertanggung Jawab kepada Persyarikatan dan Umat
    Dai Muhammadiyah adalah bagian dari gerakan kolektif yang terorganisir. Maka dia berkewajiban juga menjaga nama baik dan marwah persyarikatan. Dakwahnya juga hendaknya bisa dirasakan manfaatnya untuk umat luas.

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” ( HR Bukhari-Muslim)
Etika ini bukan sekadar norma internal, tetapi manifestasi dari nilai-nilai Islam yang luhur. Dengan menjunjung tinggi etika ini, dai Muhammadiyah akan mampu menghadirkan dakwah yang mencerahkan, membebaskan, dan memajukan umat.

Editor: Al-Afasy

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE