AUMBerita

Era Baru Pondok Shabran UMS: Haru, Kenangan, dan Semangat Pembangunan Gedung Baru

PWMJATENG.COM, Surakarta – Pondok Hajjah Nuriyah Shabran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) atau yang akrab dikenal sebagai Pondok Shabran UMS tengah menapaki babak baru. Setelah puluhan tahun berdiri, pondok yang menjadi tempat lahirnya para kader Muhammadiyah itu kini mulai membangun gedung baru untuk meningkatkan fasilitas bagi mahasantri.

Suasana di kawasan pondok pada Ahad (12/10) terasa berbeda. Deru alat berat dan puing bangunan lama menandai berakhirnya satu fase sejarah sekaligus membuka lembaran baru perjalanan Pondok Shabran. Bangunan yang berdiri sejak 1980-an kini resmi dibongkar sebagai langkah awal pembangunan fasilitas modern.

Wakil Kepala Pondok Hajjah Nuriyah Shabran UMS, Muk Andhim, menjelaskan bahwa proses pembangunan telah direncanakan secara matang. Pihak pondok, katanya, sudah melakukan berbagai langkah preventif agar kegiatan konstruksi tidak menimbulkan masalah di lingkungan sekitar.

“Memang ada beberapa keluhan dari warga sekitar, tetapi pihak pondok telah mengupayakan langkah-langkah preventif. Sebelum pembangunan dimulai, kami sudah melakukan pertemuan dengan warga, tokoh agama desa, dan pihak pondok,” ujarnya.

Ia menambahkan, proyek pembangunan tersebut diperkirakan memakan waktu antara delapan bulan hingga satu tahun, sesuai perencanaan dari tim pembangunan Direktorat Aset, Sarana, dan Prasarana UMS.

“Semoga dengan berdirinya fasilitas baru ini, Pondok Shabran bisa menjadi tempat perkaderan dan pendidikan yang lebih baik bagi kader Muhammadiyah dari seluruh Indonesia,” harapnya.

Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!

Bagi sebagian alumni, proses pembongkaran itu menyimpan kenangan mendalam. Rasa haru dan nostalgia bercampur dengan semangat untuk menyambut perubahan. Salah satunya dirasakan oleh Alfin Nur Ridwan, alumni Pondok Shabran UMS. Ia mengaku terkejut saat mengetahui gedung utama pondok ikut dibongkar.

“Awalnya saya kira yang direnovasi hanya gedung Baitul Arqam karena kondisinya sudah rusak parah. Tidak menyangka kalau gedung utama juga ikut dibongkar,” tuturnya.

Alfin menyampaikan, di balik rasa bahagia karena ada pembangunan baru, terselip juga rasa kehilangan. “Ada bahagia dan sedihnya. Senang karena pondok akan lebih nyaman untuk mahasantri, tapi bangunan lama itu punya cerita dan sejarah. Itu saksi perjuangan kami dulu,” kenangnya.

Sementara itu, salah satu mahasantri aktif, Zahfa Almedina, justru mengekspresikan kebahagiaan atas dimulainya pembangunan. Ia menilai renovasi ini merupakan kebutuhan mendesak mengingat kondisi bangunan lama yang sudah tidak layak huni.

“Saya sangat senang karena bangunan lama memang sudah rapuh dan tidak bisa digunakan lagi. Apalagi jumlah mahasantri sekarang semakin banyak, jadi gedung baru ini benar-benar dibutuhkan,” ungkapnya dengan antusias.

Zahfa menilai, pembangunan tersebut bukan sekadar proyek fisik, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap sejarah panjang Pondok Shabran. “Menurutku, ini bukan menghapus sejarah, tapi justru melanjutkan semangat pondok agar tetap relevan dengan zaman. Pondok Shabran akan makin modern tanpa kehilangan maknanya,” katanya.

Ia juga berharap agar para alumni tetap merasa bangga melihat perkembangan pondok yang pernah menjadi rumah perjuangan mereka. “Aku yakin para alumni bangga, karena pondok ini berkembang. Ini bukan akhir, tapi awal yang baru,” ujarnya menutup perbincangan.

Kontributor : Arsy
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE