Enam Tingkatan Halalbihalal
Enam Tingkatan Halalbihalal
Oleh : Dr. H. Ali Trigiyatno, M.Ag.*
PWMJATENG.COM – Salah satu tradisi yang mudah dijumpai di tanah air setelah Idulfitri adalah tradisi halalbihalal. Inti dari kegiatan ini adalah saling bermaaf-maafan dengan sesama. Uniknya kegiatan ini seringkali juga diikuti umat non muslim.
Apakah minta dihalalkan urusan kesalahan ada dasar syariatnya? Ternyata memang ada. Simak hadis berikut ini. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
“Barangsiapa berbuat zhalim kepada saudaranya, yang berkaitan dengan kehormatan atau sesuatu apapun, hendaklah dia meminta halal darinya pada hari ini, sebelum (datang hari kiamat) yang tidak ada dinar dan dirham. Jika dia memiliki amal shalih diambil darinya seukuran kezhalimannya. Jika dia tidak memiliki keabaikan-kebaikan, diambil kesalahan-kesalahan orang yang dizhalimi lalu ditimpakan padanya.” (HR. Al-Bukhari, Ahmad, Ibnu Hibban)
Jadi kalau kita punya kesalahan atau pernah merugikan, menzalimi sesama maka segeralah minta dihalalkan sebelum meninggal dunia.
Dari pengamatan penulis, praktek halalbihalal di masyarakat bisa ditempuh dengan 6 model dari yang paling sederhana sampai yang paling lengkap.
Pertama, halal bihalal paling mudah, murah, praktis tapi cukup ampuh. Caranya cukup niat disertai ikrar memaafkan/menghalalkan kesalahan orang lain saja dengan penuh tulus ikhlas. Ingat, memaafkan orang lain itulah yang mulia dan itulah yang ‘ampuh’ walaupun orang itu tidak meminta maaf kepada kita. Kita bisa memgikrarkan, misalnya setelah salat Idulfitri, “Bismillah, dengan ini saya nama….pada hari ini berikrar dengan sepenuh hati, bahwa siapa saja yang pernah berbuat salah/dosa kepada saya, baik minta maaf atau tidak dosa dan kesalahnya sudah saya maafkan/halalkan, di akhirat sudah tidak saya tuntut lagi.”
Kedua, niat berhalalbihalal, bertemu, dan bersalam-salaman hanya minus ijab qabul. Bersalaman kepada sesama muslim saat bertemu bisa menggugurkan dosa. Dalam hadis disebutkan.
Dari Al Bara’ bin ‘Azib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua muslim itu bertemu lantas berjabat tangan melainkan akan diampuni dosa di antara keduanya sebelum berpisah.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi).
Baca juga, Islam Moderat dan Persepsi Barat
Jadi usahakan setiap bertemu sesama muslim untuk bersalaman dengan tulus, bukan dibuat-buat atau hanya karena perkewuh saja untuk menggugurkan dosa-dosa kita terhadap orang tadi.
Ketiga, niat berhalalbihalal disertai ikrar mengaku salah dan meminta maaf lantas dijawab/diterima yang satunya (ijab qabul) namun tidak bisa/sempat bersalaman. Ini bisa terjadi karena minta maaf dan jawabannya lewat telepon, video call, wa dan lain-lain.
Lebih bagus lagi dosa tertentu yang sekiranya tidak disebut masih berpotensi mengganjal untuk disebut untuk memastikan kita diberi maaf. Misalnya kita pernah mengambil sandal tetangga tanpa izin, kita perlu menyebut bahwa sandalnya dulu pernah ia ambil dan minta dimaafkan/dihalalkan dan jika perlu ia siap mengganti jika diminta.
Pernyatan ijab misalnya sambil bersalaman, “ Selamat idulfitri, mohon sekiranya semua salah dan dosa saya bapak/ibu berkenan memaafkannya, lebih-lebih dulu saya pernah mengambil sandal bapak, tolong dihalalkan, jika saya perlu mengganti saya siap menggantikannya.” Yang satu menjawab (Qabul), “Saya juga mengucapkan selamat Idul fitri, juga mohon dimaafkan segala dosa saya, dosa bapak terhadap saya sudah saya maafkan, termasuk sandal yang bapak ambil sudah saya ihklaskan. Semoga ke depan kita makin berhati-hati untukk tidak mengulangi kesalahan yang sama”.
Keempat, niat berhalal bihalal, jabat-tangan disertai ijab qabul maaf-maafan. Bedanya dengan nomor 3 adalah adanya tambahan jabat tangan.
Baca juga, Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan Selepas Ramadan: Menjaga Konsistensi dalam Ibadah
Kelima, niat, jabat-tangan, ijab qabul, ditambah mau datang mengunjungi ke rumahnya. Ini lebih lengkap lagi karena ia ‘merlokke’ datang ke rumahnya.
Keenam, tingkatan paling lengkap dan sempurna, namun butuh waktu dan biaya ekstra. Caranya niat berhalal bihalal, ijab qabul, berjabat tangan, datang ke rumah plus bawa oleh-oleh, hadiah, parsel dan sebagainya.
Apakah membawa bingkisan termasuk dianjurkan? Tentu saja ya. Dalam sebuah hadis dinyatakan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَهَادَوْا تَحَابُّوا
“Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)
Enam model halal bihalal di atas pada dasarnya sudah dipraktekkan masyarakat, masing-masing tentu ada plus minusnya, kitab bisa memilih sesuai kondisi yang memungkinkan.
Namun model halalbihalal pertama sebenarnya yang butuh disosialisasikan lebih luas karena ia sederhana, murah dan mudah tapi ampuh, yakni kita secara ikhlas dan sadar mau memaafkan kesalahan orang lain walaupun yang bersangkutan tidak meminta maaf. Ini mudah dan murah tapi sebenarnya sangat ampuh.
Sayangnya ini malah kurang dipopulerkan. Yang populer dan diamalkan banyak orang malah meminta-minta maaf, “Mohon maaf lahir batin”. Padahal kalau meminta maaf masih butuh pemberian maaf dari yang bersangkutan. Sedangkan kalau dibalik itu lebih ampuh, yakni “Memberi maaf lahir batin”. Jadi kalau ingin yang lebih ampuh, kita harus berani ikrar “Memberi maaf lahir batin” bukan “Mohon maaf lahir batin”.
Selamat berhalalbihalal, semoga dosa-dosa kita diampuni oleh Allah sekaligus dihalalkan oleh sesama kita. Jangan pelit memberi maaf, dan jangan hanya rajin meminta-minta maaf.
*Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah
Editor : M Taufiq Ulinuha