Duka, Doa, dan Kesadaran Ilmu: Refleksi atas Musibah Ponpes Al Khoziny

Duka, Doa, dan Kesadaran Ilmu: Refleksi atas Musibah Ponpes Al Khoziny
Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)
PWMJATENG.COM – Musibah runtuhnya bangunan tiga lantai di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, yang menelan puluhan korban jiwa dan melukai ratusan santri, mengguncang nurani masyarakat. Di balik kepedihan mendalam itu, terselip kisah heroik sekaligus spiritual yang menyentuh hati—para santri yang bersholawat di bawah timbunan beton, mereka yang wafat dalam keadaan bersujud, hingga tim medis yang dihadapkan pada keputusan sulit demi menyelamatkan nyawa.
Dalam suasana duka yang menyelimuti, beragam tanggapan muncul di ruang publik. Banyak yang menunjukkan empati tulus, namun tak sedikit pula yang tergesa menilai dan menghakimi. Dalam kondisi seperti ini, empati menjadi hal pertama dan utama yang harus dikedepankan. Empati bukan sekadar wujud solidaritas kemanusiaan, tetapi juga refleksi atas nilai-nilai agama yang menuntun kita untuk berbelas kasih dan menahan diri dari penilaian yang gegabah.
Lebih jauh, tragedi ini membawa pesan mendalam tentang pentingnya ilmu amaliyah dan amal ilmiyah. Dua istilah yang sering digaungkan dalam gerakan Muhammadiyah ini bukan sekadar jargon, melainkan napas gerakan yang menjembatani nilai-nilai keagamaan yang luhur dengan keilmuan modern yang aplikatif. Di tengah pesatnya pembangunan fisik pesantren, penerapan ilmu teknik, perencanaan matang, serta standar keselamatan yang ketat menjadi keharusan yang tidak boleh diabaikan.
Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!
Kita memahami bahwa banyak pesantren tradisional tumbuh dengan laju pembangunan yang melebihi kapasitas perencanaan awalnya. Hal ini bukan untuk menyalahkan siapa pun, apalagi menentang takdir, tetapi menjadi titik balik untuk meningkatkan kesadaran kolektif. Bahwa ikhtiar maksimal dengan landasan ilmu dan profesionalitas justru merupakan bagian dari wujud tawakal yang sejati.
Tragedi ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya sinergi antara tradisi keilmuan klasik dan ilmu pengetahuan modern. Nilai-nilai keislaman yang mendalam harus berpadu dengan pendekatan ilmiah dan teknologi agar melahirkan tata kelola pendidikan Islam yang aman, modern, dan berkelanjutan. Inilah esensi dari Islam berkemajuan yang terus digaungkan oleh berbagai gerakan pembaruan Islam di Indonesia.
Dari peristiwa duka ini, harapan tetap tumbuh. Semoga dari reruntuhan bangunan dan kepedihan yang mendalam, lahir generasi santri yang tidak hanya faqih dalam agama, tetapi juga tangguh dalam membangun peradaban melalui ilmu, riset, dan inovasi.
Semoga para korban yang wafat mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT dengan husnul khotimah, dan para korban luka segera memperoleh kesembuhan. Lebih dari itu, semoga musibah ini menjadi momentum lahirnya kesadaran baru di dunia pendidikan Islam: bahwa keimanan yang kokoh hanya dapat berdiri tegak di atas fondasi ilmu yang kuat dan amanah.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha