
PWMJATENG.COM, Surakarta – Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Obby Taufik Hidayat, meraih hibah pengabdian kepada masyarakat dari Sasakawa Young Leaders Fellowship Fund (SYLFF), Jepang. Hibah senilai 10.000 USD atau sekitar Rp160 juta itu digunakan untuk menjalankan program ketahanan digital bagi kelompok rentan.
Program ini berlangsung di Jawa Barat selama empat bulan, mulai Maret hingga Juli 2025. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kesadaran digital masyarakat, memberikan pemahaman praktis terkait ancaman siber, menanamkan resiliensi digital, serta mengintegrasikan pembelajaran keamanan digital ke dalam kurikulum sekolah.
Obby mengungkapkan, gagasan ini lahir dari keprihatinannya terhadap perkembangan dunia digital yang memunculkan banyak tantangan, seperti kejahatan siber, pencurian identitas, kejahatan digital, hingga cyberbullying.
“Menangani masalah-masalah ini memerlukan strategi proaktif dan komprehensif yang memberdayakan individu dan komunitas untuk menavigasi lanskap digital dengan aman dan efektif,” kata Obby saat ditemui pada Kamis (14/8).
Salah satu isu utama yang menjadi perhatian adalah rendahnya literasi finansial di masyarakat. Kondisi ini membuat banyak orang terjebak utang piutang dan pinjaman online (pinjol). Situasi diperburuk oleh mudahnya akses layanan pinjol dan minimnya pemahaman masyarakat terkait syarat serta ketentuan yang berlaku, sehingga memicu siklus utang dan ketidakstabilan finansial.
Baca juga, Membaca Fenomena Tirakatan Jelang 17 Agustus di Tengah Masyarakat
Program ketahanan digital ini dirancang untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sarana pendukung yang dapat membantu kelompok rentan melawan ancaman digital. Dalam pelaksanaannya, Obby bekerja sama dengan Universiti Malaya Malaysia, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Barat.
“Dengan meningkatkan literasi dan ketahanan digital, program ini berupaya memberdayakan anggota masyarakat untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari ancaman digital, sehingga mendorong masyarakat yang lebih aman dan terlindungi,” ujarnya.

Sejumlah kegiatan telah dilakukan, antara lain pelatihan dan seminar tentang ancaman digital bagi para mitra. Selain itu, tersedia pula sumber daya daring (online resources) sebagai literasi digital jangka panjang, dan peluncuran kampanye digital untuk mengedukasi masyarakat terkait perilaku daring yang aman.
Program ini juga melibatkan pengembangan modul pendidikan Digital Resilience Education (DRE) yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa bernavigasi di dunia digital dengan aman. Modul tersebut disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan karakteristik lokal, mulai dari peningkatan kesadaran di sekolah dasar hingga penguatan pemikiran kritis dan pengendalian diri dalam penggunaan teknologi di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Setelah program berjalan, Obby mempresentasikan hasilnya pada European Conference on Education di University College London (UCL), Inggris.
“Sangat senang dan merasa didukung melalui feedback dan pengetahuan baru dari sesi diskusi bersama akademisi dari berbagai negara, yang akhirnya berkontribusi untuk proyek Sylff Leadership Initiative dengan menguatkan literasi digital dan kesadaran keamanan siber,” tutur Obby.
Kontributor : Maysali
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha