
PWMJATENG.COM, Surakarta – Inovasi kerap lahir dari keberanian untuk menembus batas. Itulah yang dibuktikan oleh Doan Perdana, dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Ia menggagas sistem “Vertical Crab House”, metode budidaya kepiting modern yang bisa dilakukan di lahan terbatas. Ide cemerlang ini membuat Doan berhasil meraih Hibah Riset RIIM Kompetisi Gelombang 9 dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dengan total pendanaan mencapai Rp1,419 miliar. Penelitian tersebut akan berlangsung selama tiga tahun.
Gagasan tersebut berawal dari diskusi Doan bersama tim peneliti BRIN pada Desember 2024. Mereka menyoroti rendahnya produktivitas budidaya kepiting, padahal komoditas laut ini memiliki nilai ekonomi dan gizi tinggi. “Selama ini, budidaya kepiting identik dengan tambak atau pantai yang luas. Padahal tidak semua orang memiliki akses ke sana,” ujar Doan, Senin (4/10).
Dari perbincangan itu, lahirlah ide budidaya kepiting sistem apartemen bertingkat. Doan menjelaskan, “Dengan konsep Vertical Crab House, siapa pun bisa membudidayakan kepiting, bahkan di lahan sempit sekalipun.” Model ini menyerupai rak-rak berlapis tempat kepiting dipelihara dalam wadah khusus, sehingga penggunaan ruang menjadi jauh lebih efisien.
Namun inovasi Doan tidak berhenti di situ. Ia mengintegrasikan sistem Internet of Things (IoT) untuk memantau kondisi air, kadar oksigen, suhu, dan pH secara real time. Semua data yang terekam kemudian dianalisis menggunakan Artificial Intelligence (AI) berbasis machine learning. Teknologi ini akan memberikan rekomendasi otomatis terkait jumlah dan pola pemberian pakan serta kondisi ideal pemeliharaan.
Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!
“Tujuan kami sederhana: menciptakan sistem budidaya kepiting yang presisi, efisien, dan bisa direplikasi di mana pun,” kata Doan. Dengan pendekatan tersebut, ia berharap tingkat keberhasilan panen meningkat, kualitas kepiting lebih terjaga, dan prosesnya dapat dijalankan oleh masyarakat secara mandiri.
Selain berdampak ekonomi, riset ini juga mendukung program pemerintah di bidang ketahanan pangan dan gizi nasional. Kepiting, menurut Doan, merupakan sumber protein tinggi yang bisa mendukung program makan bergizi gratis dan peningkatan konsumsi protein masyarakat. “Penelitian ini tidak boleh berhenti pada jurnal ilmiah. Kami ingin hasilnya dirasakan langsung oleh masyarakat,” tegasnya.

Dalam riset ini, Doan tidak bekerja sendirian. Ia menggandeng dosen dari Prodi Teknik Elektro, Teknik Industri, hingga Akuntansi, serta bekerja sama dengan pusat penelitian BRIN di Jepara dan mitra industri budidaya kepiting di Surabaya. Mahasiswa juga terlibat aktif sejak tahap awal, mulai dari desain perangkat keras IoT, pengembangan aplikasi sistem, hingga uji lapangan.
“Mahasiswa kami libatkan agar mereka tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menerapkannya. Ini bisa menjadi topik skripsi dan awal pengembangan riset lanjutan. UMS berkomitmen menyiapkan sumber daya manusia unggul,” ungkap Doan.
Riset ini dirancang berjalan bertahap. Tahun pertama akan difokuskan pada pengembangan sistem pemantauan berbasis IoT dan pengumpulan data lingkungan. Tahun kedua diarahkan pada pembuatan sistem rekomendasi berbasis AI. Kemudian pada tahun ketiga, kedua sistem tersebut akan diintegrasikan menjadi satu model budidaya kepiting modern siap pakai yang bisa diadopsi masyarakat luas.
Doan menegaskan bahwa riset sejati bukan sekadar menghasilkan publikasi, tetapi juga solusi. “Kami ingin riset ini menjadi jembatan antara kampus, masyarakat, dan pemerintah. Harapannya, UMS dapat terus berkontribusi untuk kemandirian bangsa di bidang pangan dan teknologi,” pungkasnya.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha