Dari Langgar Kidul Menjadi Kawah Candradimuka bagi Penerus Perjuangan
Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul) (Penasehat PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan)
PWMJATENG.COM – Ada sebuah ungkapan dari seorang filsuf, Aristoteles, yang berbunyi, “Bukanlah seorang guru mengisi ember, melainkan menyalakan api.” Ada juga ungkapan “Stay hungry, stay foolish” yang mengandung makna bahwa seorang pendidik atau pemimpin tidak hanya mengatur dan mengelola apa yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus mampu melakukan hal-hal berikut:
- Membangkitkan Semangat: Seorang pemimpin tidak hanya mendoktrin nilai-nilai yang dianutnya. Ia harus mampu membakar semangat anak didik atau umatnya agar mereka bisa mengatasi ketertinggalan dengan memberikan ruang, waktu, dan dorongan untuk membaca, menulis, dan mengasah ide-ide cemerlang mereka.
- Membuat Anak Didik Merasa Bodoh: Buatlah para kader atau anak didik merasa bodoh agar mereka termotivasi untuk belajar secara holistik dan sungguh-sungguh.
- Memenuhi Kebutuhan Ilmu: Jika anak didik atau kader merasa lapar akan ilmu, mereka akan berjuang mati-matian untuk belajar demi memenuhi kebutuhan fisik dan spiritual mereka.
Baca juga, Segregasi Kepemimpinan: Tantangan dan Solusi
Tidak heran KH Ahmad Dahlan memadukan gerakan ilmu menjadi gerakan amal yang autentik, yang merupakan bagian dari nilai-nilai Islam. Meskipun umat kadang belum memiliki pandangan yang sama, kajian-kajian yang dilakukan KH Ahmad Dahlan setelah Asar, Maghrib, bahkan pagi atau malam hari, dengan tekun dan sabar, membimbing anak-anak panahnya dengan istiqamah.
Dengan pendekatan ini, banyak anak muda tertarik pada isi kajian KH Ahmad Dahlan. Sebut saja KH Sudjak, Fahruddin, KH Bagus Hadi Kusumo, dan lainnya, yang merupakan bukti keberhasilan metode pengajaran beliau.
Editor : M Taufiq Ulinuha