Cegah KBG di Lingkungan Sekolah dan Rumah, PDA Banyumas Gelar Seminar

PWMJATENG.COM, Banyumas – Kekerasan berbasis gender (KBG) yang selama ini dianggap isu laten di tengah masyarakat, kembali menjadi sorotan. Majelis Hukum dan HAM (MHH) bersama Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA) Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Banyumas menggelar seminar penting bertema “Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Berbasis Gender di Lingkungan Sekolah dan Rumah Tangga”, Selasa (22/5/25).
Seminar ini berlangsung secara hybrid dan diikuti oleh 385 peserta daring yang terdiri atas kepala sekolah dan guru TK ABA se-Banyumas serta utusan dari Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA). Sementara itu, peserta luring hadir di Balai ‘Aisyiyah Purwokerto. Mereka terdiri atas pimpinan harian, ketua majelis dan lembaga PDA Banyumas, panitia, serta perwakilan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Putri.
Moderator acara, Ida Nurlaeli dari Divisi Pelayanan Hukum MHH PDA Banyumas, mengarahkan jalannya diskusi dengan tertib dan interaktif.
Ketua panitia, Isti’anah, dalam sambutannya menegaskan bahwa tema ini diangkat karena masih tingginya kerentanan sekolah dan rumah tangga terhadap kekerasan berbasis gender. “Tempat yang seharusnya menjadi ruang aman justru kadang menjadi lokasi kekerasan yang tak tampak,” ujarnya.
Ia berharap kegiatan ini bisa menjadi ruang edukatif dan reflektif bagi para pendidik, orang tua, serta masyarakat. “Kita harus membangun kesadaran kolektif untuk mencegah dan menanggulangi kekerasan yang sering kali tidak disadari,” tambahnya.
Baca juga, Paripurna! PWM Jateng Tutup Serangkaian Ibadah Ramadan dan Syawal dengan Halalbihalal bersama MLO, PDM-PDA, dan AUM
Ketua PDA Banyumas, Zakiyah, membuka acara dengan penekanan pentingnya kolaborasi seluruh unsur masyarakat dalam pencegahan KBG. Ia juga menyoroti perlunya pendidikan yang menanamkan nilai keadilan dan kesetaraan gender sejak dini.
Alimatul Qibtiyah, Komisioner Komnas Perempuan RI sekaligus Guru Besar Kajian Gender UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menjadi pembicara utama dalam seminar ini. Dalam pemaparannya, Alimatul menjelaskan secara rinci berbagai bentuk KBG yang terjadi baik di sekolah maupun di ranah domestik.

Menurutnya, akar persoalan KBG bersumber dari budaya patriarki, relasi kuasa yang timpang, serta kurangnya pendidikan seksualitas yang sehat dan adil. Ia juga menyoroti dampak candaan seksis dan budaya perkosaan yang masih dilegalkan secara sosial. “Sering kali, kekerasan justru dibungkus dalam bentuk humor atau norma yang sudah membudaya,” katanya.
Ia menegaskan pentingnya implementasi kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di institusi pendidikan. “Sekolah harus menjadi ruang aman, bukan tempat reproduksi kekerasan,” tegasnya.
Tak hanya itu, Alimatul juga mengajak seluruh peserta untuk berperan aktif dalam membangun budaya kesalingan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, baik di ruang publik maupun privat.
Kontributor : Rhani
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha