BIKERSMU: Mengaspal Dakwah, Menembus Jalanan, Menyentuh Hati Umat

BIKERSMU: Mengaspal Dakwah, Menembus Jalanan, Menyentuh Hati Umat

Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)

PWMJATENG.COM – Lebih dari satu abad lalu, KH Ahmad Dahlan meletakkan dasar pemikiran bahwa dakwah harus hadir sebagai jawaban atas persoalan umat. Bagi beliau, dakwah bukan sekadar seruan dari mimbar atau ceramah di balik podium. Dakwah adalah gerakan nyata yang menjangkau masyarakat dalam keseharian mereka—di pasar, terminal, sekolah, hingga pelosok desa.

Muhammadiyah lahir sebagai gerakan tajdid tanpa dukungan basis kultural yang kuat. Kondisi ini menuntut kreativitas dan keberanian. Ketika pada masa itu belajar Islam identik dengan mendatangi kiai di pesantren, KH Ahmad Dahlan justru memikirkan bagaimana dakwah dapat mendatangi umat. Ia menggiatkan tabligh, mengirim mubaligh keliling, membangun masjid dan musala di pasar, terminal, kantor, dan ruang publik lain. Selain itu, dibentuk Panitia Hari Besar Islam (PHBI), pengurus zakat, dan pelaksanaan salat Id di lapangan.

Resonansi gerakan ini sempat menimbulkan penolakan. Muhammadiyah dituduh membawa “agama baru” yang dianggap mengancam otoritas tradisional. Namun, semangat QS Ali Imran ayat 104 mendorong KH Ahmad Dahlan dan para mubaligh Muhammadiyah untuk terus menggerakkan dakwah. Mereka mendirikan masjid, sekolah, rumah sakit, dan organisasi sosial, mengambil inspirasi dari berbagai sumber, termasuk kaum priyayi Budi Utomo, suster Belanda, dan organisasi Kristiani. Hizbul Wathan juga lahir dari inspirasi kegiatan kepanduan di Mangkunegaran Solo untuk membentuk karakter, moral, kedisiplinan, etos kerja, dan cinta tanah air.

Baca juga, Kesabaran Tanpa Batas: Pelajaran Dakwah dari Surat Nuh

Lebih dari seratus tahun kemudian, ruh dan semangat itu tetap hidup. Sebagai gerakan yang tidak memiliki basis sosial kultural yang mapan, Muhammadiyah terus mencari cara kreatif dan inovatif dalam strategi dakwah. Di era kini, komunitas tidak lagi terbentuk hanya berdasarkan wilayah atau kekerabatan, tetapi juga profesi, gaya hidup, hobi, dan minat. Dari sinilah lahir ladang-ladang dakwah baru, salah satunya komunitas motor.

Stereotip negatif yang melekat pada kelompok motor sebagai geng perusuh menjadi tantangan sekaligus peluang. Muhammadiyah hadir menjawabnya melalui BIKERSMU—wadah bagi pecinta motor lintas usia dan merek untuk menyalurkan hobi sambil bergerak dalam dakwah dan kegiatan sosial.

Dengan tagline “Mengaspal Dakwah”, BIKERSMU membuktikan bahwa dakwah tidak hanya berlangsung di masjid atau majelis taklim. Jalanan pun dapat menjadi ruang suci, selama setiap kilometer yang ditempuh dimaknai sebagai sarana menyampaikan kebaikan. Touring bukan sekadar wisata, melainkan tadabbur alam—membaca ayat-ayat Tuhan yang terbentang di bumi, merasakan kebesaran dan keagungan-Nya, lalu mewujudkannya dalam amal nyata bagi kemanusiaan, keumatan, dan kebangsaan.

Inilah wajah dakwah Muhammadiyah: adaptif, progresif, dan membumi. Sejalan dengan pesan QS Ibrahim ayat 4, dakwah harus sampai dalam bahasa kaumnya. Ketika umat hadir dalam beragam komunitas, dakwah pun perlu hadir dengan semangat yang sama—inklusif, humanis, dan relevan.

Bersama BIKERSMU, bukan hanya jalanan yang diaspal, tetapi juga jalan dakwah. Menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Wallahu a’lam.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha